Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Legowo, Minggu, (5/12) di Jakarta, menyatakan, pemerintah tidak pernah menunjuk Pertamina sebagai operator. ”Suratnya diserahkan kepada Pertamina untuk cari partner. Tak disebut masalah operator,” ujarnya.
Tahun 2008, pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Pertamina diberi tugas mengelola blok Natuna dan diminta mencari mitra.
Setelah menyeleksi hampir dua tahun, pekan lalu Pertamina mengumumkan ExxonMobil sebagai mitra utama dalam mengembangkan blok, yang berubah nama dari Natuna D Alpha menjadi East Natuna itu.
Penandatanganan kesepakatan awal kerja sama pengembangan Blok East Natuna dilakukan Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan dan Vice President Exploration ExxonMobil East Asia Mike Cousins, Jumat di Jakarta.
VP External Relation ExxonMobil Indonesia Maman Budiman mengatakan, dalam kerja sama ini mensyaratkan ExxonMobil memperoleh porsi kepemilikan minimal 35 persen. Porsi kepemilikan Pertamina menyesuaikan dengan porsi kepemilikan ExxonMobil. ExxonMobil dan Pertamina sepakat perusahaan lain yang masuk sebagai mitra hanya akan memegang porsi kepemilikan minimal.
Menurut VP Komunikasi PT Pertamina Muhammad Harun, setelah proses seleksi hampir dua tahun, Pertamina mengajukan mitra pilihan kepada pemerintah. Ada lima perusahaan migas multinasional yang lolos tahap akhir pemilihan mitra, yaitu ExxonMobil, Total, Petronas, Statoil, dan Shell. ”ExxonMobil yang paling siap,” kata Harun.
Ia yakin Pertamina akan menjadi lead operator dalam struktur organisasi yang dibentuk nanti.
Pengamat migas Baihaki Hakim mengingatkan, kontrak baru Natuna harus menjamin kondisi yang memihak kepentingan nasional.
No comments:
Post a Comment