Thursday, April 7, 2011

AMRO Adalah Pengganti IMF Asia Tenggara

Setelah menunggu sekitar dua tahun, akhirnya masyarakat ASEAN plus tiga negara, yakni Jepang, China, dan Korea Selatan, memiliki lembaga pengawasan kondisi keuangan dan makro ekonomi sendiri yang mengalihkan ketergantungan pada Dana Moneter Internasional.

Lembaga yang baru dibentuk pada 6 April 2011 di Nusa Dua, Bali, itu diberi nama ASEAN Plus Three Macroeconomic Research Office (AMRO).

”AMRO akan menjadi lembaga surveilans yang diakui untuk kawasan Asia Tenggara,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Soemantri Brodjonegoro di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/4) di sela-sela Pertemuan Tingkat Deputi Menteri Keuangan se-ASEAN.

Menurut Bambang, lembaga ini akan berpusat di Singapura dan akan mulai beroperasi pada 1 Mei 2011. AMRO ini akan menjadi lembaga yang mengawasi kondisi keuangan di sepuluh negara anggota ASEAN plus Korea Selatan, Jepang, dan China.

”AMRO akan memberikan peringatan dini jika ada salah satu dari ke-13 negara tersebut membutuhkan dukungan (dalam bentuk tambahan cadangan devisa),” ujarnya.

Ada tiga pilar yang harus dibangun agar pertahanan keuangan sebuah negara bisa bertahan dari tekanan spekulasi pelaku pasar uang yang bisa melemahkan nilai tukar mata uangnya.

Pertama, upaya pengawasan regional dan perhitungan risiko keuangan di Asia. Kedua, pertukaran cadangan devisa di antara dua negara (bilateral swap arrangement/BSA). Ketiga, pengembangan sektor keuangan.

Untuk Indonesia, baru satu pilar yang direalisasikan, yakni BSA. Total nilainya 18 miliar dollar AS, yakni dari China sebesar 4 miliar dollar AS, Korea Selatan sebesar 2 miliar dollar AS, dan Jepang yang baru saja menaikkan dari 6 miliar dollar AS jadi 12 miliar dollar AS.

Selain itu, Indonesia juga terikat dalam forum regional ASEAN Plus Tiga Negara, yakni China, Korea Selatan, dan Jepang, atau ASEAN + 3. Forum regional inilah yang melahirkan Inisiatif Chiang Mai pada Mei 2000.

Forum ASEAN + 3 ini baru saja menambah cadangan devisa siaga yang bisa digunakan bersama oleh negara anggotanya, termasuk Indonesia, dari 84 miliar dollar AS menjadi 120 miliar dollar AS. Tambahan cadangan devisa yang bisa diminta Indonesia dari kesepakatan ini meningkat jadi 13,68 miliar dollar AS, dari sebelumnya sebesar 9,979 miliar dollar AS.

Dengan demikian, total cadangan devisa siaga yang bisa mengamankan rupiah sudah mencapai 31,68 miliar dollar AS, yakni dari BSA sebesar 18 miliar dollar AS) dan ASEAN + 3 sebesar 13,68 miliar dollar AS

No comments:

Post a Comment