Wartawan Kompas Nur Hidayati dari Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (19/4), melaporkan, Organisasi Produktivitas Asia (APO) merupakan organisasi antar-pemerintah yang beranggotakan 20 negara di Asia yang dibentuk tahun 1961 untuk memperkuat pembangunan sosioekonomi di kawasan ini melalui peningkatan produktivitas. Organisasi nirlaba ini berkantor pusat di Jepang dengan perwakilan di dua puluh negara anggotanya.
Sekretaris Jenderal APO Ryuichiro Yamazaki saat penyerahan penghargaan di Kuala Lumpur, Selasa, mengatakan, Presiden Komisaris Panasonic Gobel Indonesia ini menerima penghargaan tersebut karena dinilai berkontribusi memperjuangkan perbaikan produktivitas sektor industri Indonesia. Ia juga dinilai menunjukkan peran signifikan pemimpin dunia usaha dalam memperkenalkan produktivitas hijau serta kemitraan strategis di Asia Pasifik.
Perbaikan produktivitas itu, antara lain, diupayakan Rahmat saat menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri (2004-2010) dengan menjadi inisiator dan kontributor utama penyusunan Visi 2030 dan Peta Jalan Industri 2010-2015. Peta jalan yang melibatkan seluas mungkin pelaku industri ini penyusunannya dibiayai oleh Yayasan Matsushita Gobel.
Melalui Yayasan Matsushita Gobel yang ia bina, Rahmat pula menggairahkan program pelatihan dan konsultasi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah agar mampu memenuhi standar atau kualifikasi tertentu. Dengan begitu, UMKM yang dilatih bisa memperluas pasar di dalam dan luar negeri. Sejak 1979, yayasan ini telah melatih lebih dari 62.000 individu.
Selain Rahmat dan mantan Presiden Fidel Ramos, penghargaan produktivitas APO tingkat regional 2011 juga diberikan kepada Tyzz-Jiun Duh dari Taiwan, Tsuneaki Taniguchi dari Jepang, dan Dong-Kyu Choi dari Republik Korea.
Rahmat mengaku ia tak menduga dan merasa upayanya belum cukup untuk menerima penghargaan itu. Namun, hal ini juga menjadi pendorong baginya bekerja lebih keras. ”Terima penghargaan itu ada tanggung jawabnya,” ujarnya.
Terkait hal itu, Rahmat mengatakan, kini melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di mana ia menjadi Wakil Ketua Umum dan keanggotaannya dalam Komite Inovasi Nasional, upaya mendorong produktivitas harus makin digiatkan. Setahun terakhir, kata Rahmat, ia merintis Program Latih Kerja di perusahaan-perusahaan di berbagai sektor.
Melalui program ini, putra-putri dari daerah diberi kesempatan menjalani kerja dengan sistem kontrak antarwaktu di suatu perusahaan, tetapi pada saat yang sama ia dididik agar dapat berwirausaha dan memiliki kemampuan yang cukup untuk itu.
”Jadi, kami menjadikan pabrik sebagai sekolah. Selepas kontrak, mereka didorong berwirausaha,” ujar Rahmat. Selain penghargaan regional, penghargaan APO juga diberikan di tingkat nasional. Penerima APO nasional asal Indonesia adalah Prof Dr Mathias Aroef (1990), Laksamana TNI (Purn) Sudomo (1995) dan Kunjung Masehat pada 2011.
No comments:
Post a Comment