Sunday, April 17, 2011

Kondisi Pasar Keuangan Sangat Cocok Untuk Lakuka IPO

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan menyatakan, perkembangan pasar yang semakin membaik tentu menjadi peluang bagi emiten untuk penawaran saham perdana (IPO). Pasar menunjukkan potensi penguatan menyusul kembalinya level Indeks Harga Saham Gabungan ke posisi 3.700 setelah sebelumnya ambruk hingga 3.300 di awal tahun ini.

Menurutnya, perlu ada keberanian dari emiten dan juga penjamin emisi untuk mengambil keputusan. Penjamin emisi akan melihat prediksi dan peluang pasar minimal dalam kurun waktu enam bulan mendatang, khususnya kondisi makro di dalam dan luar negeri.

”Tentu juga hal itu harus diikuti penentuan harga penawaran yang menarik karena bukan hanya hasil kurang baik untuk emiten, tetapi juga bisa merugikan penjamin emisi itu sendiri,” kata Haryajid di Jakarta akhir pekan lalu.

Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Airlangga Hartarto menilai, pasar masih menarik bagi emiten untuk mendapatkan dana segar. Besar kecilnya emiten yang IPO sangat terkait dengan kebutuhan atas permodalan perusahaan. Sementara perihal pelepasan saham mereka bisa diterima baik oleh investor akan sangat bergantung pada fundamental perusahaan tersebut dan harga yang ditawarkan.

Berdasarkan data World Federation of Exchanges per 1 April 2011, emiten di BEI tergolong minim dibandingkan di sejumlah negara lain. Emiten yang terdaftar di BEI hanya 421 badan, sementara di Singapura ada 782 emiten, Malaysia 954 emiten, dan India sudah 5.054 emiten. Hal ini sekaligus menunjukkan potensi perkembangan Indonesia masih besar. Dengan peningkatan jumlah emiten, peluang menambah jumlah investor di pasar modal pun terbuka lebar.

Dari 33 perusahaan yang siap IPO, beberapa di antaranya bahkan telah melakukan pembentukan harga (book building), seperti PT HD Finance yang akan melepas sebanyak 460 juta lembar atau sebesar 29,87 persen pada harga Rp 200-Rp 250 atau senilai total Rp 92 miliar-Rp 115 miliar. Selain itu, ada juga PT Buana Listya Tama yang telah menyatakan pelepasan sebanyak 7,26 miliar lembar atau setara 39,76 persen saham pada harga Rp 105-Rp 175 atau senilai total Rp 726,3 miliar-Rp 1,27 triliun.

Secara terpisah, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar justru meminta para direksi dan pihak berkepentingan di BUMN agar mengkaji ulang rencana IPO tahun ini. Permintaan ini mempertimbangkan faktor kinerja pasar global yang belum sepenuhnya stabil, evaluasi terhadap proses dan hasil sejumlah IPO, serta kondisi terkini perusahaan menjelang IPO.

Menurut Mustafa Abubakar, setelah PT Krakatau Steel dan PT Garuda Indonesia, Kementerian BUMN sebenarnya sudah menyiapkan IPO PT Semen Baturaja selambat-lambatnya pertengahan semester I tahun ini.

”Proses IPO PT Semen Baturaja pada saat ini akan memasuki tahap pengkajian dan pembahasan DPR dengan asumsi penawaran sebanyak 30 persen saham dan target pendapatan minimal Rp 1 triliun,” katanya.

Informasi yang dihimpun Kompas, Kementerian BUMN sebelumnya menargetkan lima perusahaan bisa melaksanakan IPO di tahun 2011, menyusul PT Krakatau Steel dan PT Garuda Indonesia. Perusahaan itu antara lain PT Semen Baturaja, PT Angkasa Pura II, PT Pelindo II, perusahaan perkebunan, dan lainnya.

Deputi Kementerian BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Kementerian BUMN Pandu Djajanto juga membenarkan soal kemungkinan mundurnya waktu IPO PT Semen Baturaja. Penyebabnya antara lain penyusunan profil administrasi dan kinerja yang rumit sehingga butuh waktu lama

No comments:

Post a Comment