Setiap awal bulan, Badan Pusat Statistik selalu mengumumkan perkembangan nilai ekspor dan impor bersamaan dengan tingkat inflasi. Data terbaru, nilai ekspor dan impor Indonesia pada Februari 2011 menurun dibandingkan bulan Januari, tetapi masih meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2010.
Meskipun menurun, kondisi surplus perdagangan kita masih cukup besar karena nilai impor, terutama impor migas, jauh menurun dibandingkan total nilai ekspor. Tetap membaiknya surplus perdagangan ini bisa menjadi indikator semakin menguatnya cadangan devisa kita.
Dalam lima tahun terakhir, tren cadangan devisa Indonesia terus meningkat. Saat ini angkanya mendekati 100 juta dollar Amerika Serikat (AS). Pada akhir Februari lalu simpanan devisa tercatat 99,619 juta dollar AS atau mengembang hampir dua kali lipat dalam kurun dua tahun (Februari 2009) yang saat itu berkisar 50,6 miliar dollar AS.
Meskipun kadang merosot, cadangan yang berwujud berbagai mata uang asing, surat utang, emas, dan sebagainya ini sudah semakin kuat. Cadangan devisa yang disimpan oleh Bank Indonesia ini naik sekitar 19,4 persen selama kurun 2005 hingga 2010, atau sebesar 1,4 persen per bulan.
Cadangan yang sebagian besar disimpan dalam bentuk surat utang dalam valuta asing ini memiliki posisi penting dalam sistem perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka. Cadangan akan digunakan untuk menutup ketidakseimbangan pembayaran dengan pihak luar. Cadangan pun dimanfaatkan untuk intervensi rupiah di pasar uang dan melindungi dari aksi spekulan sehingga rupiah tetap stabil.
Jika dilihat dari segi kuantitas, cadangan devisa negeri ini sudah cukup besar. Menurut pandangan tradisional, jumlah cadangan yang dianggap ”bertenaga” minimal tiga kali lipat nilai impor bulanan. Dengan kebutuhan impor sebesar 11,3 miliar dollar AS per bulan sepanjang tahun 2010, cadangan devisa Indonesia saat ini sudah lebih dari delapan kali lipat belanja impor bulanan.
Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang ”sekelas”, yakni kelompok negara berkembang, cadangan devisa Indonesia hanya 1,6 persen dari total simpanan devisa negara berkembang. Angka ini masih di bawah cadangan devisa Thailand (2,09 persen), bahkan Malaysia (1,8 persen).
Perolehan simpanan devisa negeri ini didominasi oleh hasil transaksi modal dan finansial. Akan tetapi, transaksi berjalan yang dihasilkan dari surplus kegiatan ekspor-impor cenderung melemah. Selama 2010, kontribusi transaksi berjalan yang dihasilkan dari surplus perdagangan menurun dan hanya sekitar 11 persen pada kuartal terakhir. Padahal, cadangan devisa bisa menjadi lebih kuat jika ditopang oleh surplus perdagangan ini.
Selain kontribusinya menurun, surplus perdagangan juga terancam menipis. Nilai impor bertambah lebih cepat, yakni 23,3 persen per tahun, dibandingkan dengan hasil ekspor yang meningkat ”hanya” 14,3 persen per tahun sepanjang lima tahun terakhir. Data tahun 2010 menunjukkan ekspor mencapai 157,8 miliar juta dollar AS, sementara impor tercatat senilai 135,7 miliar dollar AS
No comments:
Post a Comment