Thursday, April 7, 2011

DPR Pertanyakan Kondisi Garuda Pasca IPO

Kondisi pascapenawaran saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk dan PT Krakatau Steel Tbk menjadi pertanyaan utama anggota Komisi XI DPR. Hal itu khususnya terkait tiga penjamin emisi yang harus menanggung 3,008 miliar lembar saham Garuda yang tak terserap pasar.

”Saat melakukan aksi untuk membeli sebagian saham penawaran saham perdana (IPO) Garuda yang tidak terjual, dari mana mendapatkan dana? Bagaimana rencana ke depan berkaitan tergerusnya modal akibat IPO,” kata anggota Komisi XI, Arif Budimanta, dalam rapat dengar pendapat di DPR, Kamis (7/4).

Tiga penjamin emisi dalam IPO Garuda Indonesia adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Bahana Securities, yang notabene anak perusahaan BUMN. Mereka harus menyerap saham Garuda Indonesia senilai Rp 2,25 triliun.

Dalam rapat dengar pendapat juga mengemuka saran agar pemerintah tak terlalu memaksakan sekuritas anak perusahaan BUMN yang bertindak sebagai penjamin emisi dalam IPO serupa.

Pada saat IPO tahun lalu, Krakatau Steel melepas 3,155 miliar lembar saham seharga Rp 850 per lembar, sedangkan Garuda sebanyak 6,3 miliar lembar dengan harga Rp 750 per lembar.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar mengatakan, selama dua bulan ini, sekitar 25 juta dollar AS dari 250 juta dollar AS yang diperoleh dari IPO digunakan untuk menambah armada.

Per akhir 2010, Garuda memiliki 87 pesawat. Menurut rencana, jumlah pesawat akan ditambah menjadi 153 unit pada 2013.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Fazwar Bujang memaparkan kerja sama Krakatau Steel dengan Posco Steel Service & Sales Co Ltd dalam membangun pabrik baja berkapasitas produksi 3 juta ton di Cilegon, Banten. Saat ini, kerja sama itu dalam tahap menyetorkan 30 persen investasi dari keseluruhan 2,7 miliar dollar AS. ”Selanjutnya, sebanyak 15 persen investasi akan diinjeksikan setelah proyek beroperasi,” kata Fazwar.

No comments:

Post a Comment