Tuesday, April 19, 2011

Rupiah Akan Kembali Menguat Setelah Banjir Uang Panas Melanda Bursa

Mata uang di negara-negara Asia, termasuk rupiah, diprediksi akan kembali menguat karena membanjirnya uang panas (hot money). Faktor eksternal berupa kebijakan China untuk meningkatkan giro wajib minimum atau cadangan wajib minimum perbankan untuk menahan kas inflasi semu dan penurunan tinjauan utang Amerika Serikat telah ikut menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah dua hari terakhir.

Pada Selasa (19/4), rupiah ditutup pada posisi Rp 8.686 terhadap dollar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI). Senin (18/4) sebelumnya, rupiah juga telah melemah ke Rp 8.870 per dollar AS dibandingkan periode sebelumnya di posisi Rp 8.661 per dollar AS.

Pengamat pasar uang dari Currency Management Group, Farial Anwar, menyatakan kemungkinan adanya intervensi BI dalam pelemahan rupiah itu di samping faktor eksternal di kawasan Asia. Namun, dengan melihat faktor-faktor eksternal lain di pasar global, ia yakin potensi kenaikan tingkat nilai tukar rupiah masih tetap ada.

”Indonesia masih akan kebanjiran hot money karena investor masih akan mencari tempat yang paling aman dengan return yang paling tinggi. BI Rate kita masih 6,5 persen dengan posisi surat utang lebih tinggi lagi,” kata Farial.

Menurut dia, kondisi pasar global sedang tidak menguntungkan investor secara umum. Konflik di Timur Tengah merambat ke mana-mana, sementara Eropa masih dibayangi krisis keuangan di beberapa negara seperti Yunani dan Portugal. Oleh karena itu, rupiah diprediksi masih punya potensi ke posisi Rp 8.600 dengan rentang Rp 8.660-Rp 8.680 per dollar AS 1-2 hari ini.

Sementara itu, menurut pengamat pasar uang Lana Soelistianingsih, sentimen negatif masih akan memengaruhi nilai tukar rupiah hingga posisinya bisa mencapai Rp 8.700 per dollar AS pada pekan depan. Sentimen negatif itu terutama dipengaruhi oleh kebijakan di China.

No comments:

Post a Comment