Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/LDR) ini naik dibandingkan Maret 2010, yang mencapai 49,6 persen. Namun, sedikit turun dari posisi Desember 2010, sebesar 55,2 persen.
Presiden Direktur BCA DE Setijoso membantah kesan BCA malas mengucurkan kredit. ”Setelah BRI dan Mandiri, BCA di posisi ke-3 dalam kredit,” ujar Setijoso dalam paparan kinerja BCA di Jakarta, Kamis (28/4).
Setijoso beralasan, pinjaman meningkat cepat. Namun, dana pihak ketiga juga tumbuh dengan cepat. Akibatnya, LDR tidak bisa meningkat cepat. Dana pihak ketiga (DPK) BCA per Maret 2011 sebesar Rp 275,8 triliun tumbuh 13,8 persen.
”Target kami, LDR bisa mencapai 60 persen. Tahun ini atau tahun depan. Tapi, tergantung pada cepatnya pertumbuhan kredit dan dana,” ujar Setijoso.
Bank Indonesia memberlakukan aturan giro wajib minimum rasio pinjaman terhadap DPK (GWM LDR) per 1 Maret lalu. Bank harus memiliki kisaran LDR pada 78-100 persen. Di luar kisaran itu, ada disinsentif yang dikenakan terhadap bank melalui giro yang disimpan di BI.
Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan, BCA bukannya malas memberikan kredit. Dana yang dimiliki BCA sangat besar. ”Kredit butuh proses pengajuan dan disetujui. Kalau dana masuk kan seketika itu juga,” ujar Jahja.
Pada kuartal I-2011, BCA mencatat laba bersih Rp 2 triliun. Soal kredit, Jahja menuturkan, biasanya kredit tumbuh pesat pada kuartal III dan IV. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) akan dijaga pada kisaran 14-15 persen.
Kemarin, PT Bank Permata Tbk mengumumkan laba bersih sebesar Rp 321 miliar per kuartal I-2011. Naik 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 269 miliar.
Direktur Utama Bank Permata David Fletcher menyatakan senang atas kinerja pada kuartal ini. Per Maret 2011, kredit Bank Permata tercatat Rp 54,7 triliun. Adapun DPK sebesar Rp 62,4 triliun. Dana murah berupa giro dan tabungan tumbuh masing-masing 40 persen dan 20 persen, menjadi Rp 13,4 triliun dan Rp 12 triliun. Dana mahal berupa deposito juga masih naik 38 persen, menjadi Rp 37 triliun pada Maret 2011.
Kemarin, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyetujui penurunan rasio dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Disepakati, dividen yang dibagikan sebesar 20 persen atau Rp 2,394 triliun. Jumlah ini turun dari tahun lalu, yang mencapai 30 persen.
Dalam jumpa pers, Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan, jumlah 20 persen ini cukup baik. ”Lebih baik dibandingkan tahun lalu, yang mencapai 30 persen,” katanya.
Sebagian dari dividen tersebut, sebesar Rp 556,527 miliar sudah dibayarkan pada 30 Desember 2010 sebagai dividen interim. Sisanya, Rp 1,727 triliun, akan dibagikan secara tunai dengan nilai Rp 70,04 per lembar saham. Menjawab pertanyaan, Sofyan mengatakan, saat ini BRI merasa belum perlu menerbitkan obligasi subordinasi.
Kemarin, RUPST juga memutuskan perubahan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Direktur Kepatuhan akan berganti dari Bambang Supeno menjadi Randi Anto. Satu komisaris juga akan diganti, yakni Baridjussalam Hadi yang menjabat Komisaris Independen digantikan oleh Hermanto Siregar
No comments:
Post a Comment