Sunday, April 17, 2011

Samsung Akan Investasi Sebesar 8,6 Triluin Di Perkebunan Kelapa Sawit

Staf Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Amir Sambodo mengungkapkan hal itu di Jakarta, Jumat (15/4). Menurut Amir, keinginan perusahaan asal Korea Selatan itu diungkapkan langsung oleh CEO Samsung C&T Corporation Jung Yeon-Joo saat bertemu dengan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Jumat.

Dalam pertemuan tersebut, Jung menyebutkan ingin meningkatkan kawasan perkebunan kelapa sawitnya di Provinsi Riau, dari 25.000 hektar saat ini menjadi dua hingga tiga kali lebih luas. Samsung berkeinginan untuk mendapatkan tambahan lahan di Kalimantan.

”Mereka juga serius untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya sebesar 50 megawatt. Setiap megawatt membutuhkan investasi sekitar 3 juta dollar AS sehingga kebutuhan total investasinya adalah sekitar 150 juta dollar AS,” ujarnya.

Samsung meminta agar pemerintah memberikan kemudahan pada rencana investasi itu. Samsung sendiri sudah memiliki kemampuan yang diakui dalam sektor-sektor tersebut.

”Samsung sudah bisa membangun pembangkit listrik tenaga surya sebanyak dua gigawatt di Kanada dan 1,2 gigawatt di Kazakhstan. Jadi, dia memiliki kemampuan yang besar. Bedanya, kalau di Kanada dan Kazakhstan dikombinasikan dengan tenaga angin dan surya. Di Indonesia, tenaga angin tidak terlalu bagus karena harus dibangun dilepas pantai,” kata Amir.

Samsung kemungkinan besar ingin membangun pembangkit listriknya itu di satu titik, bisa di Jawa, Bali, atau pulau lain. Mereka meminta dukungan untuk melakukan studi kelayakan.

”Setelah membangun pembangkit listriknya, mereka akan menyambungkannya pada jaringan listrik yang sudah ada saat ini. Untuk proyek ini, mereka serius karena sudah akan menggaet Bank Ekspor Korea untuk mendanai proyek mereka di Indonesia,” katanya.

Deutsche Bank

Sehari sebelumnya, Hatta juga mendapatkan komitmen pinjaman 1 miliar dollar AS dari Deutsche Bank kepada Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) untuk membantu perusahaan petrokimia dan penyulingan terbesar di Asia Tenggara itu menyelesaikan utang-utangnya dan penambahan modal kerja.

”Kami bertemu pihak Deutsche Bank dan mereka menyampaikan ketertarikannya untuk investasi 1 miliar dollar AS untuk TPPI Kilang Tuban pada tahun ini,” ujar Hatta Rajasa.

Lebih jauh Amir Sambodo mengatakan, investasi tersebut berupa pinjaman untuk pembiayaan ulang TPPI terhadap utang-utangnya kepada BP Migas, Pertamina, dan Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang diawasi Menteri Keuangan. Total utang TPPI kepada pemerintah sebesar Rp 3,2 triliun dan jatuh tempo pada 2014.

Amir menyatakan, pihak Deutsche Bank yakin memberikan pinjaman ke Indonesia dengan naiknya peringkat Indonesia yang tinggal satu peringkat lagi menjelang peringkat investasi. Hal ini juga menyebabkan bank asal Jerman itu memberikan bunga rendah untuk pinjamannya.

Butuh investasi

Deputi Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan, dalam jangka menengah, Indonesia sangat membutuhkan investasi riil untuk menghindari diri dari pertumbuhan ekonomi yang terlampau panas. Ekonomi yang terlampau panas ditandai oleh tingginya pertumbuhan yang disertai oleh tingginya inflasi.

Menurut Juda, dalam jangka pendek, perekonomian Indonesia masih punya peluang untuk tetap tumbuh tanpa disertai inflasi tinggi. ”Syaratnya adalah investasi di sektor riil harus digenjot. Pekerjaan rumah kita yang terbesar adalah menarik sebesar mungkin investasi asing langsung ke sektor riil,” ujarnya.

Sebagai contoh, China mampu mendorong pertumbuhan ekonominya ke level 12 persen tanpa khawatir terlampau panas. ”Karena China masif membangun infrastrukturnya, punya kapasitas besar dalam pengembangan distribusi barang,” ujar Juda

No comments:

Post a Comment