Presiden Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) Ichiro Suganuma dalam peluncuran produk elektronik Panasonic dengan konsep ”Total Solution” di Jakarta, Jumat (15/4), mengatakan, PGI sebagai salah satu pemimpin pasar produk elektronik di Indonesia ikut menangguk pergerakan positif dari pertumbuhan pasar elektronik.
”Tahun 2008-2010, kenaikan penjualan PGI mencapai di atas rata-rata industri, yakni 28 persen. Tahun 2011, kami menargetkan pertumbuhan sebesar 32 persen,” kata Ichiro.
Ichiro optimistis target tersebut dapat dicapai mengingat kekuatan riset dan pengembangan teknologi yang dimilikinya sudah mengarah pada isu ramah lingkungan. Dalam dua tahun ini, PGI menghadirkan produk andalannya, antara lain, penyejuk udara (AC), televisi neoplasma, lemari es, mesin cuci, kamera digital, dan lampu.
Presiden Direktur PT LG Electronics Indonesia Weon Dae Kim dalam peluncuran produk inovatif terbaru TV Cinema 3D LG dan Smart TV, beberapa waktu lalu, mengatakan, ”Kami sadar akan pentingnya produk dengan kualitas premium, tepat guna, dilengkapi teknologi pintar serta ramah lingkungan.”
Dalam pemaparan kinerja PGI, tren pangsa pasar flat panel display (FPD) di tingkat ASEAN, Samsung merajai 24 persen, disusul LG 22 persen, Sony 14 persen, dan Panasonic 12 persen. Sementara di Indonesia, LG mencapai 32 persen, Toshiba 16 persen, Samsung 15 persen, Sharp 13 persen, dan Panasonic 11 persen.
Tren gaya hidup
Peningkatan penjualan produk elektronik dipandang oleh LG ataupun Panasonic bukan hanya dipicu oleh kebutuhan, melainkan sudah mengarah pada tren gaya hidup dan kualitas sebagai pilihan utama, terutama produk premium. Kondisi inilah yang dimanfaatkan industri elektronik berlomba-lomba berkompetisi mendorong keinginan pasar, dengan berbagai inovasi teknologi.
Presiden Komisaris PGI Rachmat Gobel mengatakan, penguatan rupiah akan mendorong masuknya produk impor. Spekulan akan bermain sehingga tanpa sadar industri nasional yang telah banyak menanamkan modal dan membuka lapangan kerja harus menghadapi pasar yang makin terbuka.
”Di sinilah pemerintah harus ketat dalam pengawasan produk impor. Jangan sampai produk ilegal bisa beredar bebas di pasaran,” kata Rachmat.
Menurut dia, sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai kebijakan nontarif harus diperkuat. Pihak industri mendengar bahwa SNI sudah dikuasai asing, terutama China
No comments:
Post a Comment