Friday, April 8, 2011

Obligasi Senilai Rp 6,02 Triliun Rangsang Swasta Di ASEAN

Rendahnya keinginan pelaku usaha menerbitkan obligasi di kawasan Asia Tenggara mendorong para menteri keuangan anggota Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara menghimpun dana sebesar 700 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,02 triliun, dengan asumsi nilai tukar Rp 8.600 per dollar AS. Dana ini untuk mendukung penerbitan obligasi yang dilakukan oleh kalangan pelaku usaha swasta di seluruh negara ASEAN.

Dengan penjaminan ini, perusahaan yang menerbitkan obligasi akan menikmati imbal hasil (yield) yang lebih rendah. Oleh karena itu, biaya penerbitan obligasi dari swasta akan jauh lebih murah dibandingkan imbal hasil swasta lain. ”Ini diberikan untuk memperdalam pasar obligasi di seluruh negara ASEAN sebab selama ini obligasi hanya berkembang pada surat utang negara yang diterbitkan pemerintah,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Soemantri di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/4), saat menyampaikan pernyataan pers bersama. Pernyataan pers bersama ini dilakukan sebagai akhir dari rangkaian Pertemuan Ke-15 Menteri-menteri di Asia Tenggara.

Dihimpun CGIF

Menurut Bambang, dana 700 juta dollar AS itu dihimpun dalam sebuah keranjang yang diberi nama Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) atau Fasilitas Investasi dan Penjamin Kredit. CGIF diharapkan sudah memiliki susunan direksi dan struktur organisasi pada Mei 2011 sehingga dapat melayani keinginan pelaku usaha swasta dalam menerbitkan obligasinya.

”ADB (Bank Pembangunan Asia) ikut juga dalam CGIF sebagai kontributor dana, sekaligus memberikan bantuan teknis. Dana selebihnya dihimpun dari seluruh negara ASEAN,” katanya.

Penjaminan ini diharapkan akan merangsang perusahaan swasta untuk berani menerbitkan surat utang. Biasanya perusahaan yang belum terkenal cenderung sulit menerbitkan obligasi sehingga surat utangnya itu tidak laku pada saat dilelang.

”Sementara Sekretariat CGIF akan menempati kantor ADB di Manila. Namun, ini juga masih harus menunggu konfirmasi dari Pemerintah Filipina,” katanya.

Data Riset Utang yang dilakukan Danareksa Sekuritas menunjukkan, perdagangan obligasi pemerintah di pasar sekunder mencapai Rp 394,8 triliun selama kuartal I 2011, meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2010 yang sebesar Rp 312,6 triliun. Dengan perbandingan waktu yang sama, obligasi korporasi menurun menjadi Rp 18,6 triliun dari sebelumnya Rp 20,6 triliun.

Dengan adanya CGIF ini, perusahaan swasta Indonesia bisa menerbitkan obligasi di 13 negara Asia dengan peringkat utang maksimal, yakni investment grade atau AAA. Fasilitas ini sangat terbatas karena hanya menjamin penerbitan obligasi Rp 1,2 triliun.

Setiap negara dapat memanfaatkan sesuai modal yang disetornya

No comments:

Post a Comment