Sunday, April 17, 2011

Kenaikan Harga Pangan Dunia Mencapai Titik Bahaya

Bank Dunia melaporkan, peningkatan harga makanan, terutama beras, sejak setahun lalu, secara signifikan memengaruhi daya beli masyarakat miskin dan yang hampir miskin di Indonesia. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia menghabiskan lebih dari 50 persen pengeluaran mereka untuk membeli makanan.

Untuk 20 persen rakyat termiskin dari seluruh populasi Indonesia, padi menghabiskan sekitar 17 persen dari pengeluaran mereka. Bandingkan dengan 20 persen orang terkaya di Indonesia, yang hanya menghabiskan 3,8 persen dari pengeluaran mereka untuk membeli beras.

”Jumlah mereka yang menderita akibat kenaikan harga makanan semakin banyak dan juga jumlah mereka yang akan menjadi miskin juga meningkat karena tingginya harga makanan,” kata Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick di Washington, pekan lalu, sebelum rapat tahunan musim semi dimulai.

Bank Dunia menyatakan, pada saat setiap rumah tangga miskin yang memperoleh keuntungan dari peningkatan harga beras sebagai produsen bersih beras, ada tiga rumah tangga miskin lainnya sebagai konsumen bersih dirugikan oleh harga yang lebih tinggi.

Harga yang tinggi juga memengaruhi tingkat gizi keluarga miskin, seperti beras terdiri dari 50 persen dari total asupan kalori dan 23 persen dari total asupan protein.

Akibatnya, lonjakan harga makanan yang cukup besar dapat mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan di Indonesia. Bahkan, di saat pertumbuhan yang kuat, seperti tahun 2005-2006, ketika kemiskinan naik dari 15,7 persen menjadi 17,8 persen, dan berpotensi terjadi lagi pada 2011.

Bank Dunia mencatat, dalam beberapa bulan terakhir, inflasi harga pangan telah melambat. Pada Februari 2011, harga pangan domestik stabil dengan dimulainya panen dan pemberlakuan impor beras oleh Perum Bulog.

Bea masuk

Pemerintah juga menghapus bea masuk impor komoditas pangan tertentu, seperti beras, kedelai, dan gandum.

Pada Maret 2011, harga pangan domestik terus menurun. Inflasi makanan sebesar 9,9 persen (tahun ke tahun), dibandingkan dengan 10,6 persen (tahun ke tahun) pada Februari 2011. Harga beras dalam negeri menurun di semua tingkatan (produsen, grosir, dan eceran).

Harga beras dalam negeri juga stabil pada pertengahan April seiring dengan akan berakhirnya masa panen. Pekan lalu, harga beras di tingkat produsen terus turun, tetapi penurunan itu lebih lambat dari pekan sebelumnya, sementara harga beras grosir dan eceran tetap stabil.

No comments:

Post a Comment