Alasan umum keputusan berinvestasi di sebuah negara dilandasi kondisi internal negara yang bersangkutan bukan alasan yang sesaat seperti kondisi politik di Thailand. "Investasi itu sifatnya jangka panjang, karena (mendirikan) pabrik itu baru akan kembali modal setelah delapan sampai sembilan tahun," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Budi Dharmadi di Jakarta, Selasa.
Budi menambahkan, kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi delapan sampai sembilan tahun ke depan, jadi investasi itu diputuskan memang sudah sejak beberapa tahun lalu. Terkait adanya kemungkinan industri otomotif, seperti Toyota, yang akan meningkatkan ekspansinya di Indonesia gara-gara peristiwa politik yang kurang kondusif di Thailand, Budi menilai hal itu tidak sepenuhnya dapat dijadikan acuan.
"Ada beberapa faktor-faktor yang dilihat dari Indonesia misalnya kestabilan pertumbuhan ekonomi, kestabilan politik, serta infrastruktur yang terus berbenah, serta SDM yang paling penting, karena SDM kita produktifitasnya bagus," kata dia. Budi mengatakan akibat dari gonjang-ganjing politik di negara lain yang mungkin terjadi adalah peningkatan ekspor mobil utuh (CBU) dari Indonesia.
Budi mengungkapkan bahwa pada tahun ini, beberapa pabrikan otomotif di Indonesia telah menyatakan rencananya untuk menggenjot ekspor mobil ke negara lain. Secara keseluruhan, menurut dia, ekspor mobil utuh (CBU) dari Indonesia ditargetkan mencapai 200.000 unit tahun ini. Jumlahnya meningkat dibandingkan tahuun lalu yang mencapai 180.000 unit.
"Ekspornya sampai ke Jepang juga, contohnya Daihatsu Grand Max yang diekspor ke Jepang dan namanya berubah menjadi Toyota Town Ace. Sedangkan Suzuki juga sudah ekspor mobil murah ke Pakistan dan Asia Tengah," kata Budi.
No comments:
Post a Comment