Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menawarkan langkah pembangunan rel kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Priok dikelola oleh perusahaan milik negara. Langkah itu untuk mengatasi kendala pembebanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. "Jika dibangun oleh Menteri Perhubungan maka persoalannya pada keterbatasan APBN. Perusahaan BUMN saya kira bisa mempercepat terealisasi jika kewenangan itu dialihkan ke kami," kata Dahlan Iskan saat berkunjung ke Pelabuhan Panjang Lampung, Jumat 24 Januari 2014.
Dahlan Iskan hadir di Bandar Lampung untuk meresmikan dan meninjau kesiapan Pelabuhan Panjang dalam rangka meresmikan modernisasi Terminal Curah Kering di Pelabuhan Panjang dan revitalisasi jalur kereta api menuju Pelabuhan Panjang. Dua program itu merupakan upaya mempercepat program nasional MP3EI koridor Sumatera.
Jalur rel kereta api ke pelabuhan barang akan mengatasi kemacetan yang selama ini terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dia mencontohkan di Pelabuhan Panjang Lampung yang sudah melakukan revitalisasi rel kereta api ke pelabuhan bongkar muat dilakukan dengan sinergi antar perusahaan di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara. "Seperti di Lampung ini, ada sinergi yang baik antara PT. Kereta Api dan PT. Pelindo II," katanya.
General Manajer Pelabuhan Panjang Doso Agung mengatakan revitalisasi jalur rel keretaapi menuju Pelabuhan Panjang kini sudah selesai dan mampu menampung 15 gerbong. Saat ini, kata dia, sedang ditingkatkan dengan memperpanjang jalur rel sehingga mampu menampung bongkar muat 24-26 gerbong. "Jika ijin reklamasi pantai untuk pelabuhan turun dari Menteri Lingkungan Hidup pembangunan langsung dilakukan," katanya.
Dalam dua tahun terakhir, PT. Pelindo II telah menginvestsikan Rp 800 miliar untuk membangun infrastruktur pelabuhan seperti pengerukan dermaga, penambangan mesin bongkar muat hingga merevitalisasi jalur kereta api. "Dengan investasi sebesar itu, value atau nilai perusahaan juga terkerek luar biasa. Produktivitas naik," katanya.
Pada tahun 2013, Pelabuhan Panjang mencatat pendapatan sebesar Rp 357,94 miliar atau meningkat sebesar 21,72% dari pendapatan di tahun sebelumnya sebesar Rp 294,07 miliar. Saat ini, Pelabuhan Panjang memiliki 4 (empat) unit Gantry Jib Crane (GJC), 6 (enam) unit Gantry Luffing Cranes (GLC) dan 1 (satu) unit Mobile Crane. Dengan adanya penambahan GLC ini, IPC cabang Panjang diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja bongkar muat.
Keberadaan jalur rel kereta api yang terkoneksi dengan jalur Sumatera Bagian Selatan dinilai akan meningkatkan arus barang. Saat ini peningkatan bongkar muat di dermaga peti kemas tumbuh 12 persen sedangkan di dermaga curah kering naik 50 persen 5 juta ton menjadi 8 juta ton pada tahun 2013. "Antrian kapal juga bisa dicegah. Jika dua tahun sebelumnya mencapai 20 - 30 kapal dalam sehari, kini antrean hanya 2 - 3 kapal. Kami beroperasi 24 jam nonstop," katanya.
Direktur Utama Indonesia Port Corporation RJ. Lino mengatakan pembangunan pelabuhan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan merata. IPC, kata dia, tidak bisa hanya berfikus di Tanjung Priok tapi juga di 12 cabang pelabuhan lain. "Sudah saatnya Indoensia mempunyai pelabuhan yang modern dan efesien agar menurunkan biayua logistik dan membantu pemerintah memperluas dan mempercepat pembangunan ekonomi secara merata," katanya.
Sementara Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Lampung Yusuf Kohar menyatakan tingkat pelayanan di Pelabuhan Banjang lebih baik. Biaya keterlambatan sandar yang selama ini dikeluhkan oleh para importir dan eksportir di Lampung sudah berkurang. "Tentu sangat berarti bagi kami karena pemborosan investasi bisa ditekan," katanya.
No comments:
Post a Comment