Wednesday, January 1, 2014

Inflasi Tahun 2013 Tertinggi Sejak Krisis dan Meleset Dari Target Pemerintah

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi selama tahun 2013 di angka 8,38%. Angka ini ternyata tertinggi sejak krisis tahun 2008 lalu. "Inflasi selama 2013 8,38%," kata Kepala BPS, Suryamin di Jakarta, Kamis (2/1/2014). Mengutip data BPS, inflasi ini tercatat yang paling tinggi sejak 5 tahun terakhir. Di 2008, inflasi mencapai 11,06% karena dampak krisis ekonomi global.

Bank Indonesia (BI) sendiri memprakirakan inflasi keseluruhan tahun 2013 dapat lebih rendah dari 8,5% dan terus menurun dalam kisaran target 4,5±1% pada tahun 2014. Inflasi di 2013 ini juga ditopang akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan harga-harga ikut melambung.

Berikut data inflasi sejak tahun 2008 sampai 2013 ini:
  • 2008 : 11,06%
  • 2009 : 2,78%
  • 2010 : 6,96%
  • 2011 : 3,79%
  • 2012 : 4,3%
  • 2013 : 8,38%

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi 2013 hingga 8,38%. Angka ini jauh dari target inflasi dalam APBN-P 2013 yang dipatok 7,2%.

"Target asumsi makro 7,2% untuk inflasi itu cuma wacana. Inflasi yang meleset dari target sangat disayangkan," kata Wakil Ketua Komisi XI DPR, Harry Azhar Azis. Sayangnya, menurut Harry pemerintah tidak diberikan sanksi apapun jika target dalam APBN-P meleset. Padahal, sambungnya, Bank Indonesia (BI) saja mendapatkan sanksi jika inflasi tak sesuai target.

"Tidak ada sanksi bagi pemerintah. Beda dengan BI yang gaji Dewan Gubernurnya tidak boleh naik kalau target inflasi tak sesuai," ungkapnya. Ke depan, Harry mengatakan, pemerintah yang mematok target inflasi dalam APBN-P namun tidak sesuai maka akan dikenakan sanksi. "Ke depan harus ada sanksi kepada pejabat pemerintah agar mereka betul-betul bekerja. Mudah-mudahan pemerintahan hasil pemilu 2014 nanti lebih fokus soal ini," tutur Harry.

Seperti diketahui, asumsi dasar makro ekonomi di APBN-P 2013 berdasarkan UU No 15 Tahun 2013 tentang APBNP 2013 telah ditetapkan pada Juni 2013 lalu.

Adapun asumsi Makro APBN-P 2013:
  • Pertumbuhan Ekonomi : 6,3%
  • Inflasi : 7,2%
  • Kurs : Rp 9.600/US$
  • SPN 3 Bulan 5,0%
  • Harga Minyak : US$ 108/Barel
  • Lifting Minyak : 840.000 Barel per Hari

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan orang miskin Indonesia di 2013 semakin bertambah. Penyebab utamanya adalah dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada bulan Juni lalu. Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah orang miskin pada September 2013 sebesar 28,55 juta orang atau 11,47%. Sementara Maret tercatat 11,37% atau sebanyak 28,07 juta orang.

"Jumlah persentase penduduk miskin September 28,55 juta atau 11,47% atau naik dari Maret yang sebesar 28,07 juta atau 11,37%. Sedangkan September 2012 adalah 28,59 juta atau 11,66%," ungkap Suryamin dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (2/1/2014)

Penyebabnya adalah kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi. Di mana tercatat premium menjadi Rp 6500/liter dan solar Rp 5500/liter. "Jadi ada kenaikan harga BBM yang membuat pengeluaran orang miskin menjadi naik," jelasnya.

Hal ini hampir sama dengan kondisi dengan tahun 2006. Di mana kala itu juga ada kenaikan harga BBM dan membuat jumlah orang miskin naik drastis. "Dari 2004, sampai september 2013, tahun 2006 itu terjadi kenaikan penduduk miskin akibat kenaikan harga BBM. Nah tahun ini juga naik karena BBM naik pada bulan Juni lalu," ujarnya.

Namun Suryamin menilai perbedaannya kali ini pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang cukup efektif. Seperti Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dan program serupa lainnya. "Tapi sekarang kenaikannya hanya sedikit. Karena ada kebijakan yang menolong, sehingga naiknya tipis saja," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment