Saturday, January 4, 2014

Industri Kuliner UKM Paling Terkena Dampak Kenaikan Harga Elpiji

Sekertaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Franky Sibarani mengatakan naiknya harga Elpiji 12 kilogram yang mencapai 68 persen atau menjadi Rp 122 ribu per tabung, makin melemahkan kondisi pelaku industri kecil menengah makanan untuk terus bersaing. Atas kondisi tersebut, pihaknya berjanji dalam waktu dekat melakukan koordinasi dengan pelaku industri makanan dan minuman untuk membahas kemungkinan menaikkan besaran harga jual.

"Dalam diskusi di beberapa media grup, mereka banyak mengeluh dan berat dengan situasi sekarang. Mereka rata-rata bilang akan menaikkan harga. Berapa kenaikannya, menunggu hasil pertemuan nanti," ujar Franky ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 4 Januari 2014.

Franky menyarankan, agar industri makanan minuman kecil dan menengah menurunkan kapastitas produksinya dan mengurungkan niat ekspansi produksi. Dia menjelaskan, dari total industri makanan dan minuman, 99,5 persen merupakan industri kecil dan menengah. "Industri besar menengah itu hanya 0,5 persen, jadi yang 99,5 persen, ya itu yang rumah tangga kecil menengah," ujar Franky.

Franky mengritik PT Pertamina yang menaikkan harga elpiji di tengah situasi ekonomi Indonesia yang belum stabil. Menurutnya, langkah PT Pertamina merugikan para pelaku industri makanan minuman dan menguntungkan pribadi perusahaan milik BUMN tersebut.

Sebelumnya PT Pertamina (Persero) memutuskan menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram. Juru bicara Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan, sejak 1 Januari 2014, harga gas non-subsidi itu naik sekitar Rp 3.959 per kilogram, atau menjadi Rp 122 ribu per tabung, dari sebelumnya sekitar Rp 78 ribu per tabung.

Sebanyak 2,1 juta pekerja industri makanan dan minuman kecil terancam mengalami penurunan omzet lantaran kenaikan harga elpiji 12 kilogram. Sekertaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Franky Sibarani mengatakan harga baru elpiji yang naik sampai 68 persen menjadi Rp 122 ribu per tabung mengakibatkan barang yang diproduksinya ikut naik.

"Ada kemungkinan industri kecil menengah makanan tutup, karena industri rumah tangga khususnya catering bisa terkena dampak langsung, persaingan dalam bisnis makanan semakin ketat," kata Franky kepada Tempo, Sabtu, 4 Desember 2014.

Franky menyarankan, industri makanan minuman kecil dan menengah menurunkan kapastitas produksi dan mengurungkan niat ekspansi produk. Dari total industri makanan dan minuman, 99,5 persen merupakan industri kecil dan menengah.

Namun, kata dia, industri makanan kelas atas tak kena pengaruh kenaikan harga elpiji 12 kg. Mereka bisa mendapatkan sumber energi lain, misal batu bara. Franky mengkritik PT Pertamina yang menaikkan harga elpiji di tengah situasi ekonomi Indonesia yang belum stabil.

PT Pertamina (Persero) memutuskan menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram per 1 Januari 2014. Harga gas non-subsidi itu naik sekitar Rp 3.959 per kilogram, atau menjadi Rp 122 ribu per tabung, dari sebelumnya sekitar Rp 78 ribu per tabung.

No comments:

Post a Comment