Sesuai mitos Cina, kuda dipandang sebagai binatang yang memiliki daya tahan yang sangat kuat, mampu bekerja keras dan memikul beban yang amat berat, mewarisi kekuatan tak kenal lelah, rasa percaya diri yang tinggi dan cinta akan kebebasan.
Dalam bidang ekonomi, industri yang diperkirakan memiliki performa bagus adalah industri yang berhubungan dengan air dan berhubungan dengan logam.
Head of Research Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto, memprediksi saham sektor energi dan lapis kedua adalah yang paling baik untuk dipilih pelaku pasar di 2014 dan juga akan menjadi mendorong pasar modal Indonesia.
“Saham sektor energi sudah perlu mulai dikoleksi dan dipegang untuk periode jangka menengah panjang karena selama tiga tahun terakhir ini telah terdiskon sebesar lebih dari 50% dan sudah berada di bawah harga wajar,” katanya.
Lebih lanjut, penurunan lebih dari 50% dalam tiga tahun ini sebenarnya sudah memasukkan faktor tekanan harga komoditi serta berbagai kebijakan dalam negeri dan luar negeri, sementara aset tambang yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini tetap bernilai tinggi.
Perbaikan harga komoditi serta strategi yang diambil oleh perusahaan sektor ini akan menjadi pendorong nilai tambah bagi investor, dimana ketika permintaan energi meningkat di negara seperti India dan China, serta meningkatnya kebutuhan batubara untuk penyediaan listrik nasional.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada tahun depan sudah memperkirakan kebutuhan batubara tumbuh 15,83% menjadi 78,6 juta ton, maka perusahaan energi atau pertambangan akan bangkit dan tumbuh ke depannya.
Adapun saham yang diperkirakan bakal reli adalah saham lapis kedua dan ketiga. “Mereka akan ambil peranan lebih ke depan," terangnya.
Tercatat selama tiga tahun ke belakang, indeks pertumbuhan saham unggulan LQ45 telah menjadi semakin terbatas, karena dalam tiga tahun terakhir hanya tumbuh 8%, dan bahkan di 2013 indeks harga saham unggulan LQ45 minus 2,9%.
“Secara fundamental, banyak saham lapis kedua dan ketiga sebenarnya baik, namun belum terekspos secara optimal kepada sebagian besar investor," jelas Rowena.
Berdasarkan analisa kinerja atas lima emiten pertambangan seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Vale Indonesia (INCO), hampir semua emiten kecuali PTBA membukukan pertumbuhan kinerja pendapatan yang lebih tinggi selama kuartal III-2013 jika dibandingkan dengan kuartal I dan II-2013.
"Ini membuktikan bahwa di sektor rill, perusahaan pertambangan telah mulai menemukan celah untuk bertahan, meski laba belum mampu memberikan indikasi yang positif karena dalam usaha mempertahankan operasi, perseroan harus mengambil langkah yang membuat laba tidak stabil. Tetapi kinerja pendapatan telah memberikan keyakinan bahwa saham pertambangan dengan jejak rekam yang baik bisa menjadi pilihan investasi," urainya.
Sementara itu berdasarkan analisa sepanjang 2013, emiten LQ45 tidak ada yang masuk dalam jajaran 20 besar top gainers, namun ada emiten LQ45 yakni PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang masuk dalam top losers.
Rata-rata kapitalisasi pasar top gainers hanya Rp5,18 miliar, sedangkan top losers mencapai Rp14,81 miliar.
Tren ini tentu saja belum tentu berulang tahun depan dan investor harus tetap memperhatikan risikonya. Namun ini adalah indikasi bahwa saatnya bagi investor untuk makin aktif mencari saham di luar LQ45 sebagai diversifikasi risiko dan portofolio investasi.
"Risiko likuiditas menjadi hal krusial yang harus diperhatikan oleh pelaku pasar dalam mengelola saham-saham lapis ketua dan kedua dan ketiga," paparnya. Dalam memaksimalkan investasi saham di 2014, menurut Rowena beberapa hal yang dapat dijadikan panduan antara lain :
- Hindari penggunaan rasio P/E, dalam menilai suatu saham karena strategi yang diambil perusahaan tersebut atau kondisi yang dilalui emiten pada tahun ini dapat berdampak kepada labanya tahun ini saja (tidak berulang).
- Gunakan managemen portofolio yang aktif, karena belum ada suatu konsensus jelas kemana arah pasar di 2014 yang diwarnai dengan stimulus The Fed serta Pemilu, maka sebaikanya investor lebih menggunakan managemen portofolio aktif yaitu mengevaluasi portofolio dalam setiap periode yang lebih pendek serta bagaimana portofolio itu merespon kondisi yang aktual.
- Jangan takut berinvestasi. IHSG berada di titik bawah, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi daripada banyak negara-negara di dunia artinya sebagian besar risiko-risiko sebenarnya telah terdiskon dari penurunan IHSG tersebut.
Sementara untuk sektor saham yang menarik untuk dilirik diantaranya:
- Sektor barang konsumen, meskipun perlu berhati-hati dalam memilih karena banyak yang sudah tinggi. Faktor utamanya adalah pendapatan menjelang Pemilu secara historis selalu melonjak.
- Sektor energi, sektor ini telah terdiskon cukup besar sehingga secara jangka panjang, keuntungan yang akan diberikan akan lebih tinggi dari pada banyak sektor lainnya. Hampir semua saham-saham blue Chip di sektor ini dapat dipertimbangkan.
No comments:
Post a Comment