Festival Kopi kembali digelar di Taman Sari Banda Aceh. Festival kopi itu dimeriahkan oleh 50 stand kopi dan makanan lainnya. Selain pameran aneka jenis dan rasa kopi, mereka juga menampilkan sejumlah kegiatan seperti keahlian meracik kopi. “Saya dapat menikmati dan membeli kopi sesukanya di sini," kata Jumadi, seorang pengunjung.
Ada berbagai kopi pilihan dipamerkan di sana seperti Arabika dari Gayo, Robusta dan juga kopi luwak. Beberapa kedai kopi di Banda Aceh juga membuka stand warung mini yang dapat memanjakan pengunjung dengan racikan kopi pilihan. "Setiap ada festival kopi, kami selalu ikut. Itu untuk mengenalkan cita rasa kopi warung kami," kata Iyes, pemilik warung Solong Mini. Warung itu mengandalkan kenikmatan kopi Robusta.
Festival kopi yang telah menjadi agenda tahunan Pemerintah Kota Banda Aceh resmi dibuka pada Jumat malam oleh Sekretaris Daerah, Ramli Rasyid. “Acara ini untuk memperlihatkan kopi Aceh ke mata dunia, supaya dunia lebih mengenal dan mau mencicipi kopi Aceh," ujarnya. Kota Banda Aceh menggelar Aceh Food and Coffee Festival. Festival yang berpusat di Taman Sari ini diikuti sekitar 40 pengusaha kopi dan makanan dari seluruh Aceh. Dari pantauan, puluhan pengunjung mendatangi gerai-gerai yang menawarkan berbagai macam kopi dan makanan khas Aceh. Beberapa warung kopi besar di Banda Aceh ikut memamerkan produknya.
Syarbaini, pengusaha warung Solong Mini, mengaku membuka stan-nya di arena festival untuk menawarkan rasa kopi andalan warungnya, yang terletak di Jalan T. Nyak Makam, Banda Aceh. "Mau rasa yang mana, Bang, kopi biasa atau sanger (campuran kopi dan sedikit susu)," ujarnya.
Menurut dia, bubuk kopi yang dipakai adalah merek Solong Ulee Karang yang diracik sendiri dengan mengandalkan campuran antara kopi arabika dan robusta. Di bagian lain, ada juga stan bermerek Lakun Coffee dengan embel-embel bubuk kopi asal Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. "Ada berbagai macam jenis kopi Gayo di sini dan juga kopi luwak," ujar Rasidin, pengusaha Lakun Coffee.
Umumnya gerai memasang embel-embel nama daerah Gayo sebagai asal kopi mereka, yang merupakan daerah penghasil kopi di Aceh. Selain kopi, lokasi festival juga menawarkan berbagai macam makanan khas Aceh seperti pulut ketan, mi Aceh, Adee Kak Mah, dan lainnya.
Wali Kota Banda Aceh Mawardy Nurdin mengatakan kegiatan Aceh Food and Coffee Festival (AFCF), yang berlangsung selama empat hari, akan diisi dengan berbagai macam agenda seperti lomba minum kopi panas, lomba meracik kopi, dan lomba memasak. Juga diisi dengan seminar tentang kopi di Aceh. "Acara ini untuk mengangkat cita rasa kopi Aceh dan masakan tradisi."
Mereka yang mengikuti festival adalah para pengusaha kopi dan makanan, baik sebagai pedagang, eksportir, pengusaha bubuk kopi, maupun pengusaha warung kopi serta penjual makanan khas Aceh.
Kopi Gayo dari Aceh Tengah, Provinsi Aceh, akan dipamerkan di Gedung MPR RI, Senayan, Jakarta. Sekitar 20 perusahaan kopi Arabika dari Aceh Tengah, Bener Meriah, Bandung dan Jakarta akan mengikuti pameran itu. “Acara ini bekerja sama dengan MPR,” kata Fikar W. Eda, penggagas acara itu.
Perusahan yang akan berpameran itu antara lain Aroma Gayo, Aman Kuba Coffe, Kenred Coffee, Dekranas Bener Meriah, CV Gayo Land dan Cafe Gayo Jakarta. Pameran kopi Gayo dimulai pada 10.00 WIB. Sorenya, pukul 15.00-17.00, akan diadakan Dialog Kopi. Narasumber diskusi tentang kopi Gayo itu adalah Kepala Bappeda Aceh Prof Dr Abubakar, Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani dan Yustinus Sunyoto dari Gayo Cupper Team.
Dataran tinggi Gayo yang meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Luwes dikenal sebagai salah satu produsen kopi di Indonesia. Sebuah data menyebutkan, di sana memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia dengan total sekitar 94.800 hektar. Aceh Tengah memiliki kebun kopi seluas 48.000 hektare, disusul Bener Meriah 39.000 hektare, dan sisanya di Gayo Lues. Produksi kopi dari Gayo mencapai 6.000 ton per tahunnya.
Menurut Fikar, mewarnai pameran itu, pada malamnya akan diadakan pertunjukan didong – seni tradisi dari Gayo – di Lobi Nusantara IV Gedung MPR. Panitia akan mendatangkan dua kelompok didong dari Aceh Tengah.
No comments:
Post a Comment