British Petroleum Regional President Asia Pacific, Christina Verchere, mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia telah memberikan izin lingkungan atas proyek pengembangan kilang gas Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. "Selain itu, analisis dampak lingkungan atau amdal yang mencakup komitmen pemeliharaan lingkungan dan pengembangan sosial juga telah disetujui oleh kementerian," ujarnya melalui siaran pers yang diterima, Ahad, 3 Agustus 2014.
Pihak BP menerima izin tersebut pada 24 Juli 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02.37.07 Tahun 2014. Menurut Christina, terbitnya surat izin tersebut menjadi pintu masuk untuk memulai proyek pengembangan di kilang Tangguh. Rencana pengembangan, kata dia, mencakup kilang LNG ketiga atau Train 3 yang akan meningkatkan total kapasitas produksi gas alam menjadi 11,4 juta ton per tahun (MTPA). "Saat ini kilang Tangguh berhasil memproduksi gas alam mencapai 7,6 juta ton per tahun dari kilang LNG Train 1 dan Train 2," kata Christina.
Ihwal nilai proyek pengembangan kilang Tangguh, Christina menyebut angka US$ 12 miliar atau setara dengan Rp 141,4 triliun. Ia mengklaim, dengan terbitnya izin tersebut, proyek pengembangan Train 3 bisa segera rampung, sehingga kilang itu kelak bisa mencukupi kebutuhan energi nasional dari sumber gas alam. "BP dan mitra proyek berkomitmen akan memasok 40 persen dari hasil produksi Train 3 atau sebesar 1,5 juta ton per tahun kepada PT PLN (Persero) untuk kebutuhan listrik masyarakat Indonesia," tuturnya.
Tangguh LNG memenuhi janjinya untuk menyalurkan listrik ke Kota Bintuni, Provinsi Papua Barat. BP Regional President Asia Pacific William Lin mengatakan listrik yang akan mengalir ke kota tersebut mencapai 4 megawatt (MW). "Untuk pertama kalinya masyarakat Kota Bintuni memperoleh listrik untuk jangka panjang yang akan dipasok dari Kilang LNG Tangguh serta didistribusikan oleh PLN," kata William dalam keterangan resmi tertulis, Senin, 17 Februari 2014.
William mengatakan hari ini pihaknya berhasil melakukan uji coba transmisi listrik oleh PLN dari kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni ke Kota Bintuni. Uji coba telah dilakukan sejak 5 Februari untuk memastikan stabilitas pasokan listrik sebelum PLN mendistribusikan listrik tersebut ke pelanggan PLN di Teluk Bintuni.
Pada saat uji coba, listrik yang dialirkan ke Bintuni mencapai 1,8 MW, dan selanjutnya bertahap hingga mencapai beban puncak sebesar 2,4 MW. Ia mengatakan, dengan berhasilnya uji coba tersebut, diperkirakan beban puncak listrik di Bintuni dan sekitarnya akan naik secara cepat hingga mencapai 3-4 MW. Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan kerja sama dengan LNG Tangguh ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan angka rasio elektrifikasi. "PLN terus berupaya meningkatkan angka rasio elektrifikasi dengan menambah pasokan dan memperluas jaringan listrik, di antaranya melalui sinergi dengan berbagai pihak," kata Nur.
Perjanjian penyaluran dan pengambilan tenaga listrik (SOA) telah ditandatangani antara BP dan PLN pada 3 Desember 2013. Perjanjian menyebutkan BP akan memasok 4 MW listrik kepada PLN selama 20 tahun untuk dijual dan didistribusikan kepada masyarakat di Teluk Bintuni.
Kilang Tangguh merupakan konsesi migas yang dioperasikan oleh enam kontraktor migas selain British Petroleum. Saat ini, persentase kepemilikan saham oleh BP di proyek tersebut mencapai 37,16 persen. Mitra-mitra kontrak Tangguh lainnya adalah MI Berau B.V. yang memegang saham 16,03 persen; CNOOC Muturi Ltd dengan kepemilikan saham 13,9 persen; Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd dengan 12,23 persen kepemilikan saham; KG Berau/KG Wiriagar yang mengantongi saham 10 persen; Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. dengan 7,35 persen kepemilikan saham; serta Talisman Wiriagar Overseas Ltd. dengan 3,06 persen saham
No comments:
Post a Comment