Friday, August 1, 2014

Kisah Menara Saidah Sebagai Gedung Tertinggi Di Jakarta Timur Yang Kini Kosong Karena Miring dan Berhantu

Masih ingat dengan Menara Saidah? gedung perkantoran elit tak berpenghuni di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur. Gedung setinggi 28 lantai ini sedang mengalami pemugaran dan renovasi besar-besaran. "Sedang direnovasi, di depan sudah dicat sedikit," ungkap salah seorang petugas keamanan gedung yang tidak mau disebutkan namanya Jumat (1/08/2014). Menara Saidah adalah salah satu gedung tertinggi di kawasan MT Haryono. Gedung ini punya sejarah panjang awalnya dibangun selama 3 tahun dari tahun 1995 hingga 1998 oleh kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Hutama Karya (Persero). Perkantoran ini sudah kosong setidaknya sejak 2009 atau 5 tahun lalu.

Petugas keamanan tersebut mengungkapkan proses pemugaran gedung dilakukan sejak awal tahun 2014. "Sudah mulai dipugar sejak Februari 2014," imbuhnya. Menurut petugas keamanan itu, pemugaran tidak hanya dilakukan berupa pengecatan ulang tetapi perbaikan struktur gedung secara umum.  "Ada renovasi kerangka gedung di dalam sampai lapangan parkir basement, jadi nggak hanya dicat ulang," katanya.

Menurut pengamatan di lokasi, penampakan gedung di bagian depan memang mulai rapi dibandingkan tahun lalu. Tiang besar bangunan yang terletak di bagian depan sebagian telah dicat berwarna putih dan hijau. Sayangnya petugas tidak memberikan izin untuk melihat lebih dalam proses perbaikan gedung, termasuk melihat kondisi patung-patung yang ada dalam gedung. Namun terlihat beberapa pekerja keluar-masuk sambil melihat struktur bangunan bagian atas gedung.

"Targetnya sampai akhir tahun selesai renovasinya," kata petugas keamanan tersebut. Kontraktor proyek Perkantoran Menara Saidah, BUMN PT Hutama Karya (HK) membantah anggapan proyek yang mereka telah kerjakan kondisinya kini miring. Proyek yang sudah berlangsung 15 tahun lalu itu kini menyisakan bangunan perkantoran yang tak berpenghuni karena ditinggal para penghuninya. "Kalau miring itu dapat dari mana miringnya?" tanya Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro, Senin (29/7/2013).

Ary menjelaskan secara teknis jika sebuah gedung yang awalnya tegak menjadi miring bakal menimbulkan suatu tekanan yang besar pada dinding bangunan. Artinya, lanjut Ary, jika Menara Saida miring maka kaca-kaca yang ada di jendela gedung pecah berhamburan. "Itu kan ada kaca-kaca, kalau gedung itu miring itu kacanya pasti pecah. Karena ada tekanan, kan nggak mungkin kalau ada kemiringan (kaca tidak pecah), kan pasti ada bagian yag tertekan. Kalau dilihat secara fisik ya mungkin aja, tapi secara struktur kalau ada tekanan pasti pecah," jelasnya.

Ary menjelaskan, saat masa konstruksi 1995-1998 lalu proses pembangunan Menara Saidah tidak mengalami persoalan teknis. Bahkan hingga pada saat gedung Menara Saidah diserahterimakan kepada perusahaan Mustika Ratu selaku pemilik awal gedung tersebut. Menurut Ary, secara teknis dan struktur gedung ini telah dibuat sesuai dengan kelayakan.

"Harusnya tidak ada masalah, waktu itu pekerjaan sudah diserah terimakan, PHO (Provisional Hand Over) serah terima sudah, kan mereka punya konsultan juga. Diperiksa dan nggak ada masalah. Dan itu sudah 15 tahun lalu," kata Ary. Berdasarkan ketentuan UU, ketika bangunan sudah diserahterimakan dari kontraktor ke pemilik maka dalam hitungan 10 tahun sesudahnya, masa garansi dari kontraktor habis. Sementara jika ada masalah konstruksi dalam peri0de di bawah 10 tahun pasca serah terima masih menjadi tanggung jawab kontraktor.

"Secara UU Jasa konstruksi kita sudah selesai, kan 10 tahun tanggung jawabnya di UU," jelasnya.Perkantoran Menara Saidah sempat menjadi kantor Kementerian Pembangunan Wilayah Timur Indonesia atau yang kini bernama Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT). Kementerian PDT hanya 4 tahun berada di menara setinggi 28 lantai tersebut, kemudian pindah ke kantor yang baru Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat.

Seorang pegawai yang bekerja di Kementerian PDT, Wulan mengungkapkan ia mengaku saat berkantor di Menara Saida sedikit khawatir dengan struktur bangunan gedung itu. Konstruksi Menara Saidah disebut-sebut bermasalah sehingga menyebabkan sedikit miring. "Bangunan sepengetahuan aku dari struktur bangunan yang kurang pas. Tapi nggak tahu persisnya seperti apa," kata Wulan pekan lalu.

Kementerian PDT menempati bangunan ini selama kurang lebih 4 tahun. Terlepas dari kabar bahwa gedung ini bernuansa mistis dan berhantu, Wulan pun menyadari Menara Saidah sudah tak lagi berdiri tegak, yang membuatnya makin khawatir. "Itu karena miring. Tapi nggak paham juga sih ya. Tapi itu akhirnya juga pindah semua," jelasnya. Sayangnya Wulan tidak menyebutkan pengalaman apa yang ia alami selama bekerja di menara yang dibangun oleh BUMN PT Hutama Karya tersebut.

Selain Kementerian PDT, Bank BNI pernah memiliki kantor cabang di Menara Saida. BUMN perbankan ini disebut-sebut sebagai tenant (penyewa) terakhir yang meninggal Menara Saida 2009 lalu. Menara Saidah yang berdiri di Jalan MT Haryono ini kini tak berpenghuni. Diperkirakan sudah sekitar 4 tahun lebih gedung ini kosong tak ada yang menempati. Tersiar kabar gedung 28 lantai ini tak lagi berdiri tegak.

Selain dugaan gedung miring. Lebih jauh lagi, banyak yang memiliki pengalaman mistis di gedung ini, mulai sosok perempuan berbaju merah, dan lantai 14 gedung yang berhantu.Menara Saidah dibangun pada tahun 1995-1998 oleh BUMN karya PT Hutama Karya (HK). Nilai proyek untuk membangun menara bergaya Romawi ini diperkirakan mencapai Rp 50 miliar pada waktu itu.

Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Ary Widiantoro mengatakan tak tahu persis angka pasti nilai proyek Menara Saidah saat digarap oleh HK. Ia beralasan menara tersebut telah dibangun belasan tahun yang lalu. Namun Ary memperikirakan untuk membangun Menara Saidah mencapai kurang lebih Rp 50 miliar.

"Kalau nggak salah itu Rp 50 miliar, kalau nggak salah ya, saya nggak jelas detailnya karena itu sekitar 15 tahun yang lalu," kata Ary, Senin (29/7/2013). PT Hutama Karya menggandeng mitra perusahaan konstruksi swasta yakni Adji Satria untuk menyelesaikan proyek miliaran tersebut. Perseroan mengakui proyek Menara Saida merupakan proyek gedung pencakar langit pertama yang digarap oleh HK.

"Kita joint venture dengan Adji Satria, itu swasta. Itu rasanya dulu, sekitar 15 tahun lalu," katanya. Pada waktu itu, pembangunan Menara Saidah pun memerlukan waktu antara 2-3 tahun. Menara Saidah yang berdiri di Jalan MT Haryono ini kini tak berpenghuni. Diperkirakan sudah sekitar 4 tahun lebih gedung ini kosong tak ada yang menempati karena beberapa faktor termasuk soal manajemen yang buruk. Menara Saidah yang terletak di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, kini kosong tanpa penghuni. Gedung dengan berlantai 28 lantai ini mulai dikosongkan sejak 2009 lalu.

Gedung ini cukup megah dengan patung-patung bernuansa Romawi. Jumlah tiang besar yang berdiri kokoh tepat di depan gedung berjumlah 12. Sedangkan di bagian depan ada 2 patung besar menyerupai Julius Cesar dan 2 patung Singa. Untuk di dalam ruangan, 1 patung besar manusia berdiri di tengah lobi dengan 2 patung kecil berdiri di sampingnya.

Sedangkan di bagian belakang halaman gedung ada lapangan parkir. Kondisi basement 1 dan 2 lapangan parkir kondisinya gelap dan kotor. Tanaman menjalar mulai menutupi loket pembayaran tiket parkir. Kemudian tangga darurat kondisinya sudah mulai rapuh dan berkarat.

Ingin tahu fakta menarik soal menara yang kabarnya berhantu ini? Yuk, simak hasil penelusuran Selasa (30/7/2013).Menara Saidah punya sejarah panjang. Gedung ini awalnya dibangun selama 3 tahun (1995-1998) oleh kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Hutama Karya (Persero) dengan jumlah lantai 18.

Pemilik pertama gedung ini adalah PT Mustika Ratu atas nama Mooryati Sudibyo. Beberapa tenant sudah mengisi gedung ini saat mulai operasional salah satunya adalah Kementerian Pembangunan Wilayah Timur Indonesia atau yang sekarang menjadi Kementerian Pembangunan Daerah Terpencil (PDT). Kemudian dilakukan lelang tahun 1995 dan dimenangkan oleh Keluarga Saidah dengan pemilik diserahkan kepada Fajri Setiawan, anak kelima Nyonya Saidah. Saat dimenangkan oleh Keluarga Saidah, gedung ini mengalami renovasi besar-besaran salah satunya penambahan jumlah lantai.

Namun saat ini, pemilik gedung beralih ke anak bungsu Nyonya Saidah atau suami dari artis Inneke Koesherawati. Fajri Setiawan si pemilik lama, kata dia, meninggal belum lama ini.Nilai proyek untuk membangun menara bergaya Romawi ini diperkirakan mencapai Rp 50 miliar pada waktu itu.

Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Ary Widiantoro mengatakan tak tahu persis angka pasti nilai proyek Menara Saidah saat digarap oleh HK. Ia beralasan menara tersebut telah dibangun belasan tahun yang lalu. Namun Ary memperikirakan untuk membangun Menara Saidah mencapai kurang lebih Rp 50 miliar. "Kalau nggak salah itu Rp 50 miliar, kalau nggak salah ya, saya nggak jelas detailnya karena itu sekitar 15 tahun yang lalu," kata Ary.

Hutama Karya menggandeng mitra perusahaan konstruksi swasta yakni Adji Satria untuk menyelesaikan proyek miliaran tersebut. Perseroan mengakui proyek Menara Saida merupakan proyek gedung pencakar langit pertama yang digarap oleh HK. elain masalah dugaan konstruksi yang bermasalah, keberadaan gedung diramaikan dengan kisah-kisah mistis yang menjadi buah bibir di masyarakat sekitar, salah satunya kehadiran hantu wanita berbaju merah.

Mantan Petugas Keamanan Menara Saidah, Rahmat mengakui bahwa fenomena hantu wanita berbaju merah sering terlihat berkeliling gedung. "Hantu perempuan pakai baju merah itu selalu keliling gedung kalau malam hari, kadang juga banyak warga yang melihat nemplok di atas lantai 3," kata Rahmat. Hal senada juga diakui Opik, seorang warga sekitar Mendara Saidah. Opik berkisah, usai bermain bola di bagian belakang gedung, ia melihat sosok perempuan berbaju merah berdiri di lantai 3 gedung.

"Kejadian sebelum maghrib. Jelas terlihat itu perempuan pakai baju merah berdiri di lantai itu (lantai 3)," katanya sambil menunjuk ke arah lantai 3 gedung Menara Saidah. Terlepas dari fenomena mistis tersebut, menurut Rahmat faktanya saat ini sudah tak ada lagi penyewa gedung (tenant) yang berkantor di Menara Saida. Ia tak bisa memastikan apakah fenomena itu terkait dengan bubarnya para tenant.Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta membantah soal anggapan gedung Perkantoran Menara Saidah di Jl MT Haryono, Jakarta miring. Pemda memastikan tak ada masalah konstruksi pada bangunan Menara Saidah.

Kepala Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan (P2B) DKI Jakarta Putu Ngurah Indiana mengatakan tidak ada laporan cacatnya konstruksi untuk gedung 28 lantai tersebut. "Soal Menara Saidah saya belum dapat data adanya kegagalan konstruksi. Suku Dinas Jakarta Selatan pernah melakukan kajian dan tidak menemukan kegagalan konstruksi," kata Putu saat dihubungi pekan lalu.

Putu juga telah mengirimkan surat resmi kepada pemilik gedung untuk melakukan audit konstruksi. Namun belum ada jawaban dari pihak pemilik gedung.Padahal pada masa kejayaannya, gedung 28 lantai tersebut sangat ramai, sebanyak 34 tenant menyewa ruang kantor di gedung yang berdekatan dengan Stasiun Kereta Cawang tersebut.

Kisruh yang terjadi dalam manajemen pengelolaan gedung Menara Saidah berlarut sehingga para tenant tak nyaman karena tak terawatnya fasilitas gedung. Menara Saidah dikelola oleh beberapa perusahaan berbeda namun masih di dalam satu wadah bisnis Merial Group diantaranya PT Merial Esa, PT Merial Medika, dan Dewa.com. Banyaknya pihak yang ikut mengelola gedung juga ikut mengelola, membuat harga sewa menjadi tinggi.

Puncaknya terjadi di tahun 2009, banyak tenant mulai meninggalkan gedung. Tenant terakhir yang tercatat meninggalkan gedung adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank BNI menempati gerai di bagian bawah atau berdekatan dengan lobi kantor. Pihak pemilik akhirnya memutuskan hubungan kerja para karyawan yang jumlahnya hampir 200 orang tanpa pesangon.

Jadi ternyata para tenant lari bukan gara-gara gedungnya angker atau berhantu, tetapi lebih kepada manajemen yang buruk.Menara Saidah masih kerap didatangi oleh para calon pembeli, meski sudah tidak berfungsi sebagai gedung perkantoran sejak 2009. Para calon pembeli biasanya datang untuk menanyakan harga gedung, kondisi gedung, dan pemilik gedung.

Pposisi gedung Menara Saidah sangat strategis namun bermasalah dengan konstruksi. Menara Saidah pernah ditawar hanya seharga Rp 16 miliar oleh calon investor yang berminat, namun ditolak sang pemilik.

Hingga kini Menara Saidah masih dalam pengawasan Polsek Cawang, Jakarta Timur. Setiap pagi, polisi rutin melakukan kontrol.Sejak dikosongkan sejak 2009 lalu, Menara Saidah kini mulai dibenahi oleh sang pemilik. Pembenahan dilakukan secara besar-besaran mulai dari lantai dasar hingga lantai 28 gedung.

Salah seorang petugas keamanan gedung mengungkapkan renovasi gedung dilakukan karena gedung ini bakal kembali digunakan sebagai area perkantoran. Gedung yang berlokasi di Jalan MT Haryono Jakarta Timur ini sempat menjadi pembicaraan karena bertahun-tahun kosong.

"Akan kembali difungsikan sebagai perkantoran," kata petugas keamanan yang tidak mau disebutkan namanya , Jumat (1/08/2014). Menurutnya jika proses renovasi selesai, maka gedung ini siap disewakan sebagai perkantoran sewa. Renovasi ditargetkan selesai tahun depan. "Nanti akan disewakan. Sistem sewanya per meter," imbuhnya.  Untuk memudahkan calon penyewa gedung, pihak pemilik Menara Saidah mendirikan sebuah papan reklame besar, tepat di samping gedung. Papan reklame besar itu bertuliskan 'Menara Saidah Disewakan dalam Rupiah'.

Di dalam papan reklame tersebut juga dilengkapi nomor telepon yang bisa dihubungi atas nama PT Gamlindo Nusa, Jl MT Haryono, Kav 29-30 Jakarta. "Untuk lebih jelas hubungi sang pemilik di Jalan Imam Bonjol," kata petugas keamanan itu.

No comments:

Post a Comment