Pedagang dan importir mainan anak di Jakarta menghentikan pasokan barang sementara akibat rencana pemerintah menerapkan kebijakan pemenuhan Standar Nasional Indonesia pada 30 April 2014. Sebagian besar barang dagangan pedagang di pasar ini merupakan produk impor dari Tiongkok.
Berdasarkan pengamatan Kompas di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Jumat (11/4/2014), mainan impor dari Tiongkok tersebut memang membanjiri toko dan lapak kaki lima Pasar Asemka. Produk impor tersebut juga belum dilengkapi dengan logo Standar Nasional Indonesia (SNI). Beberapa produk mainan dari produsen lokal sudah dilengkapi dengan logo SNI.
Willy (51), pedagang partai besar, mengatakan, sekitar 80 persen mainan anak-anak di tokonya merupakan barang impor. Barang-barang impor ini belum dilengkapi logo SNI. Di beberapa produk lokal sudah tertera logo SNI. Meskipun belum dilengkapi SNI, pembeli di tokonya lebih banyak membeli produk impor. Alasannya, jenis produk impor lebih bervariasi, kualitasnya lebih baik, dan harganya lebih murah.
”Produk lokal belum bisa bersaing kualitas dengan produk impor. Membuat mainan elektrik yang memakai remote control dan batu baterai saja belum bisa,” kata Willy.
Anggota staf penjualan dan pemasaran importir New Oriental, Surya (50), mengatakan, beberapa supermarket menghentikan pesanan barang akibat pengumuman penerapan kebijakan SNI. Saat ini, pihaknya belum berani mengambil barang baru karena takut ditarik dari pasar. Importir mainan yang mengirim barang ke Jakarta, Surabaya, Medan, Solo, dan Yogyakarta itu akan menghabiskan stok barang yang ada terlebih dahulu.
”Kami hentikan impor barang sampai sosialisasi peraturan ini jelas. Kami juga khawatir barang dari supermarket akan dikembalikan,” kata Surya.
Pedagang juga khawatir harga naik. ”Importir sudah bilang akan ada kenaikan harga. Dengan demikian, kami akan semakin sulit cari untung,” kata Ratna (34), pedagang mainan di Pasar Gembrong, Jakarta Timur
No comments:
Post a Comment