Monday, September 3, 2012

Jakarta Akan Bikin Tanggul Raksasa Senilai 200 Triliun Rupiah

Pembangunan tanggul laut rakasasa (giant sea wall) yang diprakarsai Pemprov DKI Jakarta diperkirakan membutuhkan waktu 10 tahun dengan investasi Rp200 triliun.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, pembiayaan pembangunan tanggul laut raksasa tersebut memang terlihat mahal. Namun menjadi murah jika melihat manfaat dan fungsinya.

Pembangunan infrastruktur yang ditargetkan rampung tahun 2025, kata orang nomor satu di ibukota itu merupakan jawaban atas ancaman penurunan permukaan tanah dan kenaikan permuakaan air laut di sepanjang Pantai Utara Jakarta.

“Ada dua manfaat yang diperoleh melalui pembangunan tanggul laut raksasa ini. Pertama untuk melindungi Pantai Utara Jakarta, dan kedua sebagai waduk penyedia air baku atau air bersih bagi warga secara berkesinambungan,” jelas Fauzi Bowo, Senin (3/9).

TERINTEGRASI
Dalam rancangannya, akan dibangun pula waduk seluas lebih dari 10.000 hektar, mampu menampung volume air mencapai 1 miliar meter kubik, yang terintegrasi dengan tanggul.

Pemprov DKI juga akan mengembangkan proyek tersebut untuk pembangunan kota baru seluas 1500 hektar di sisi barat yang juga berfungsi sebagai pusat jasa dan pintu gerbang ibukota negara.

Sementara di bagian timur, sebagai langkah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Jakarta, akan dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Ali Sadikin di Marunda. Ini juga terintegrasi dengan proyek tanggul laut raksasa.

Kawasan seluas 1.000 hektar itu akan difungsikan sebagai pusat logistik dan pelabuhan regional. Diproyeksikan mampu menyerap sekitar 400 ribu hingga 500 ribu tenaga kerja.

Tanggul laut raksasa juga akan difasilitasi jalan dan jalur Mass Rapid Transit (MRT) yang akan menghubungkan wilayah barat dan timur Jakarta.

Diberitakan sebelumnya, pembangunan tanggul laut raksasa merupakan satu dari enam infrastruktur yang akan dibangun Pemprov DKI Jakarta dalam 10 tahun ke depan. Selain penyediaan transportasi massal, juga penambahan ruas jalan, air minum dan air limbah.

No comments:

Post a Comment