Bukan rahasia umum jika perdagangan dengan China selalu berakhir defisit untuk Indonesia.
Namun kondisi kontras ternyata dialami Sulawesi Utara. Neraca perdagangan Sulut dengan China tercatat surplus sebesar US$108,9 juta pada Januari-Juli.
"Terciptanya surplus perdagangan bagi Sulut tersebut menyusul realisasi ekspor yang jauh lebih tinggi ketimbang impor," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dantes Simbolon di Manado, Kamis (6/9).
Dantes mengatakan, realisasi ekspor Sulut ke China pada tujuh bulan terakhir tercatat sebesar US$130,2 juta.
"Sementara nilai impor hanya US$21,3 juta, dengan demikian terjadi surplus perdagangan US$108,9 juta," kata Dantes.
Surplus perdagangan sebesar US$108,9 juta pada periode Januari-Juli tersebut mengalami peningkatan 62,78% ketimbang periode sama tahun lalu.
Neraca perdagangan Sulut dengan China pada 2011 sebesar US$66,9 juta.
"Tahun lalu, realisasi ekspor US$74 juta dolar AS, sementara impor hanya US$7,1 juta, sehingga surplus perdagangannya US$66,9 juta," kata Dantes.
Pada perdagangan ekspor-impor 2012, China berada di urutan kedua sebagai penyumbang devisa terbesar.
Sementara untuk pemasokan bahan kebutuhan bagi masyarakat Sulut, China termasuk negara yang paling besar jadi pengimpor terbesar Sulut
No comments:
Post a Comment