Monday, February 10, 2014

Analisa Mengapa PLN Alami Kerugian Hingga Rp 30,9 Triliun Dari Praktek Monopoli Listrik

Kinerja keuangan PT Perusahaan Listrik Negara sepanjang 2013 tak cemerlang. Direktur Keuangan PLN, Setio Anggoro Dewo, mengatakan perseroan merugi hingga Rp 30,9 triliun sepanjang tahun lalu. "Ini karena terjadi rugi kurs akibat utang PLN didominasi oleh valas," kata Dewo dalam rapat kerja dengan Komisi Energi DPR, Senin, 10 Februari 2014.

Menurut dia, keuntungan perusahaan sedikit karena 30 persen dari total utang PLN didominasi oleh utang valuta asing. "Utang valas tersebut misalnya pinjaman dari ADB, World Bank, lembaga lain dari satu negara seperti JICA, JBIC, dan bank dari Prancis AFD, termasuk global bond. Itu semua tergantung dinamika kurs," ujarnya.

Utang jangka panjang PLN hingga akhir 2013 mencapai Rp 220 triliun (unaudited). Adapun total utang perseroan mencapai Rp 466 triliun per 31 desember 2013 (unaudited).

Dewo mengatakan sebenarnya laba usaha perusahaan terus membaik dalam lima tahun terakhir. Pada 2008, labayang didapat hanya Rp 3,6 triliun. Namun keuntungan meningkat pada tahun-tahun selanjutnya, yakni Rp 18,4 triliun (2009), Rp 20,7 triliun (2010), Rp 22,4 triliun (2011), dan Rp 34,7 triliun (2013). Adapun tahun ini PLN menargetkan keuntungan mencapai Rp 41 triliun.

Sayang, meski laba usaha terus meningkat, laba bersih PLN tidak menunjukkan performa yang lebih bagus. Pada 2008, PLN bahkan merugi Rp 12,3 triliun. Namun pada 2009, perusahaan sempat mendapat laba bersih Rp 14,6 triliun.

Baru setelah 2009, laba bersih perusahaan terus menurun menjadi Rp 10,3 triliun, Rp 5,4 triliun (2011), Rp 3,2 triliun (2012), dan anjlok menjadi Rp 30,9 triliun pada 2013. "Itu dinamika kurs, tapi kami targetkan tahun 2014 laba bersih perusahaan mencapai Rp 11,3 triliun," ujarnya.

Meski demikian, pendapatan perusahaan mengalami kenaikan. Pada 2013, pendapatan usaha PLN mencapai Rp 258 triliun, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 233 triliun. Adapun beban usaha juga ikut meningkat menjadi Rp 223 triliun, dari sebelumnya Rp 203 triliun.

Realisasi penjualan listrik kenyataannya juga masih berada di bawah prediksi. Alasannya, pertumbuhan ekonomi pada 2013 tidak sesuai dengan harapan pemerintah. "Biasanya pertumbuhan penjualan listrik itu 1,5 kali dari pertumbuhan ekonomi," kata Direktur Utama PLN, Nur Pamudji.

Nur mengatakan sepanjang 2013 PLN hanya berhasil menjual listrik 188,1 TWh, lebih rendah dari target yakni 189,7 TWh. Kendati demikian, ia masih mematok target penjualan listrik pada 2014 204,6 TWh, sesuai kesepakatan dengan Komisi Energi DPR.

Aset PLN pada 2013 lalu tercatat mencapai Rp 604 triliun. Sedangkan ekuitas perusahaan berkurang menjadi Rp 138 triliun, juga diakibatkan oleh rugi valuta asing sebesar Rp 30 triliun. Adapun biaya pokok produksi listrik (BPP) tercatat sebesar Rp 1.338 per kilowatt hour (kWh) dan biaya non-bahan bakar Rp 211,3/kWh.

No comments:

Post a Comment