Sunday, February 23, 2014

Operator Telekomunikasi Merugi Rp 382 Triliun Karena Layanan WhatsApp Gratis

Dari sekian banyak aplikasi pesan instan, WhatsApp merupakan layanan yang memiliki jumlah pengguna terbanyak di dunia. Dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna yang memanfaatkan layanan macam ini, kerugian besar yang dialami perusahaan operator seluler tak dapat dihindari.

Menurut riset yang dilakukan Ovum, aplikasi sejenis WhatsApp yang memungkinkan pengiriman pesan lewat akses internet, telah membuat pendapatan operator seluler dari layanan pesan singkat (SMS) menurun.

Ovum melakukan riset terhadap sejumlah kelompok bisnis seluler, termasuk Vodafone Group, America Movil SAB, hingga Verizon Communications. Hasilnya, bisnis di sektor SMS dari operator seluler diperkirakan merugi 32,5 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 382 triliun) pada 2013. Lembaga riset itu memproyeksi kerugian yang dialami operator seluler pada 2016 akan meningkat menjadi 54 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 635 triliun).

WhatsApp kini memiliki 430 juta pengguna aktif pada Januari 2014. Perusahaan yang telahdiakuisisi oleh Facebook ini, memanfaatkan 600 server untuk melayani pengiriman hingga 50 miliar pesan per hari, dari sekitar 27 juta pesan per hari yang terekam pada Juni 2013.

Angka itu disebut-sebut sudah melebihi jumlah SMS yang beredar di seluruh dunia sehingga WhatsApp dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan SMS di dunia.

Dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna ponsel pintar, dan tersedianya akses internet yang baik, membuat pelanggan bergantung pada aplikasi pesan instan karena dinilai lebih murah, termasuk BlackBerry Messenger, Line, KakaoTalk, WeChat, dan sebagainya.

Bahkan, beberapa aplikasi tersebut juga menyediakan layanan panggilan telepon lewat akses internet. Hal ini akan semakin mengurangi pendapatan operator seluler dari layanan telepon.

"Tren layanan pesan ini telah menggerogoti pendapatan, di beberapa negara bahkan lebih besar, dan tren itu akan terus berlanjut. Dampak dari pesan gratis telah dirasakan di seluruh dunia. WhatsApp telah jelas menjadi salah satu penyebabnya," kata Chetan Sharma, analis dari Issaquah yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS).

Sharma memprediksi, pendapatan operator seluler di AS dari SMS pada 2014 akan turun sekitar 3 sampai 4 persen dibandingan tahun 2013, yang mencapai 21 miliar dollar AS.

Meksiko dan Belanda

Operator seluler di luar AS diprediksi juga merasakan kerugian, termasuk di Eropa, India, dan Amerika Latin.

Di Meksiko, misalnya, hampir 90 persen pesan yang dikirim ternyata memanfaatkan layanan WhatsApp, menurut Ernesto Piedras, direktur perusahaan konsultan telekomunikasi Intelligence Unit.

"Sejak satu setengah tahun yang lalu, pengguna WhatsApp di Meksiko luar biasa banyak. Layanan ini nyaman, dan semakin banyak orang memiliki, semakin banyak juga yang menggunakannya," tutur Piedras, seperti dikutip dari Bloomberg.

Padahal, sekitar 6 hingga 8 tahun lalu, layanan SMS menyumbang 15 persen untuk total perusahaan operator seluler di Meksiko. Sekarang, kontribusi SMS bagi operator seluler di Meksiko hanya sekitar 7 sampai 8 persen.

Perusahaan telekomunikasi Royal KPN NV (KPN) asal Belanda punya cara tersendiri untuk mempertahankan pendapatan dari layanan SMS. Menurut analis Mark Little dari Ovum, perusahaan KPN tidak memberi layanan pesan instan secara bebas dari paket yang mereka tawarkan.

"Pendapatan KPN dari SMS anjlok karena pelanggan menggunaan sesuatu yang lebih baik dan bebas," katanya.

Di tengah tren macam ini, operator seluler ditantang untuk menawarkan layanan internet yang stabil dan cepat. Karena, semakin banyak pelanggan yang menggunakan aplikasi pesan instan serta media sosial, yang semua itu berjalan di atas jaringan dan infrastruktur yang dibangun operator seluler.

Menurut Joseph Natale, direktur komersial Telus Corp, operator seluler terbesar kedua di Kanada, pada akhirnya layanan telepon dan SMS akan menjadi salah satu dari sebuah fitur yang melekat pada perencanaan paket internet. "Pada titik tertentu, semuanya menjadi layanan data (internet)," kata Natale.

Kendati demikian, lembaga riset Ovum memprediksi layanan SMS tidak akan mati dalam waktu dekat.




Layanan pesan instan WhatsApp dilaporkan tidak dapat diakses pada Minggu dini hari, (23/2/2014). Beberapa pengguna mengeluhkan tidak dapat mengirim dan menerima pesan mulai sekitar pukul 02.00 WIB.

Bermasalahnya layanan perusahaan yang baru dibeli Facebook ini ramai dikicaukan di Twitter.

"Eh ini whatsapp kenapa ya? Kok gak bisa connect dan chatting dari tadi, " tulis Alexander Thian melalui akun Twitter-nya @amrazing, pada Minggu pukul 02.12 WIB.

Laporan tak hanya datang dari Indonesia, pengguna di sejumlah negara lain pun mengeluhkan hal serupa. "WhatsApp has been down for around 2hrs now," tutur pengguna Twitter @tomwarren.

Berikut beberapa "kicauan" laporan bermasalahnya WhatsApp dari beberapa negara yang terpantau KompasTekno: Down in Brazil, Am in Zimbabwe and whatsapp has been down for the past 2 hours now, not working in india, dan Whatapp is down in singapore.

Kurang-lebih satu jam setelah layanannya dikeluhkan bermasalah, pihak WhatsApp lewatakun Twitter @wa_status mengonfirmasi adanya masalah di server mereka.

"Sorry we currently experiencing server issues. we hope to be back up and recovered shortly," demikian isi tweet akun WhatsApp tersebut, pukul 03.16 WIB.

Pihak WhatsApp sendiri belum bisa memastikan kapan layanan mobile chat ini dapat kembali normal dan dapat digunakan jutaan penggunanya.

Update: Setelah 4 jam bermasalah, layanan WhatsApp mulai berangsur pulih pada Minggu pukul 05.48 WIB. Informasi ini dilansir akun Twitter WhatsApp yang menulis tweet, "WhatsApp service has been restored. We are so sorry for the downtime...".

Saat ini, WhatsApp diklaim memiliki 450 juta pengguna di seluruh dunia. Data terakhir menyebutkan WhatsApp memproses lebih dari 50 miliar pesan setiap harinya. Jumlah tersebut dipecah menjadi 36 miliar pesan terkirim dan 18 miliar pesan masuk.

Seperti diketahui, perusahaan aplikasi WhatsApp dibeli oleh Facebook senilai 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun). Akuisisi dengan nilai yang fantatis ini diumumkan pada Kamis (20/2/2014) lalu.

No comments:

Post a Comment