Sunday, February 16, 2014

Mengenal Kendala Industrialisasi Ekonomi Indonesia

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan masalah struktural menjadi kendala utama proses industrialisasi nasional saat ini. "Proses industrialisasi Indonesia menghadapi kendala struktural, misalnya infrastruktur, termasuk penyediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, kecukupan pasokan energi, pelayanan birokrasi, serta proses perijinan panjang dan mahal," kata Suryo Bambang Sulisto dalam Raker Kementerian Perindustrian 2014 di Jakarta, Kamis.

Menurut Suryo, Indonesia juga mengalami kendala lain seperti masalah produktivitas tenaga kerja, perburuhan dan peraturan perburuhan. Sehingga menurut dia, Indonesia tidak punya pilihan lain selain ikut serta dalam ekonomi bebas. Namun dia mengingatkan bahwa pasar bebas menganut prinsip yakni yang kuat yang mampu bertahan, sehingga Indonesia perlu memastikan perekonomiannya kuat saat berlangsung pasar bebas ASEAN.

"Pengertian perekonomian kuat disini bukan lagi perekonomian yang menjadi benteng untuk bertahan dari unsur eksternal. Namun bisa mandiri membangun secara internal," ujar dia. Suryo juga mengatakan bahwa proses industrialisasi tidak mungkin dilakukan satu sektor atau satu kementerian saja. Diperlukan integrasi kebijakan secara menyeluruh, antarsektor, antarstakeholder, antardaerah.

"Saat ini integrasi yang belum terbangun itu menyebabkan Indonesia lamban menangkap peluang dan merespon kebijakan global. Dalam hal ini Kementerian Perindustrian memegang peran sentral," kata dia. Suryo menggarisbawahi bahwa industrialisasi merupakan proses perubahan sosial suatu negara menjadi lebih modern. Industrialisasi dalam sebuah negara umumnya diawali dengan tumbuhnya pabrik-pabrik alat berat, mesin-mesin dan bahan baku. Dia mencontohkan pada abad 20 Korea dan China telah memulai membangun industri dasar berupa industri berat yang kemudian menghasilkan bahan baku kapal, baja dan peralatan lain.

Sedangkan Taiwan memulai industrialisasi dengan dinamisasi perusahaan kecil dan menengah yang dipupuk menjadi skala besar. "Sekarang bagi Indonesia untuk memulai industrialisasi itu tidak mudah, namun tetap harus kita mulai. Tantangannya adalah dengan mendapatkan teknologi yang kita perlukan, karena teknologi sarana strategis untuk melindungi perekonomian," ujar dia.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan Indonesia sebenarnya telah bisa memulai proses industrialisasi sejak tahun 1970, dengan mengolah bahan tambang menjadi bahan baku bagi industri lain. "Namun pada tahun itu, upaya industrialisasi tidak dilakukan," kata Suryo Bambang Sulisto dalam Rakernas Kementerian Perindustrian 2014, di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pada saat itu Indonesia mengekspor mentah-mentah seluruh hasil eksploitasi kekayaan alamnya keluar negeri tanpa pengolahan. Padahal menurut dia, jika saat itu kekayaan tambangIndonesia diolah menjadi logam dan bahan baku untuk industri lain, maka Indonesia bisa lebih cepat memulai proses industrialisasi. "Industrialisasi itu merupakan proses perubahan sosial suatu negara menjadi lebih modern. Industrialisasi dalam sebuah negara umumnya diawali dengan tumbuhnya pabrik-pabrik alat berat, mesin-mesin dan bahan baku," kata dia.

Dia mencontohkan pada abad 20 Korea dan China telah memulai membangun industri dasar berupa industri berat yang kemudian menghasilkan bahan baku kapal, baja dan peralatan lain. Sedangkan Taiwan memulai industrialisasi dengan dinamisasi perusahaan kecil dan menengah yang dipupuk menjadi skala besar.

"Sekarang bagi Indonesia untuk memulaiindustrialisasi itu tidak mudah, namun tetap harus kita mulai. Tantangannya adalah dengan mendapatkan teknologi yang kita perlukan, karena teknologi sarana strategis untuk melindungi perekonomian," ujar dia. Suryo mengatakan perlunya seluruh pihak mendorong investor untuk nelakukan investasi di bidang-bidang yang diperlukan agar program industrialisasi dapat berjalan.

Salah satunya yakni mendorong investasi dalam pembangunan industri manufaktur yang menjadi faktor penting bagi Indonesia yang memiliki pasar domestik sangat besar. "Selama ini industri manufaktur kita masih bergantung barang modal impor, sehingga produksi pasar dalam negeri kerap sulit terpenuhi," kata dia.

Suryo juga mengatakan perlunya Indonesia mewaspadai masuknya UKM asing ke Indonesia yang hanya bertujuan membesarkan industri-industri besar dimana UKM itu berasal. "Misalnya UKM Jepang masuk ke Indonesia, hanya mendukung perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia," kata dia.

No comments:

Post a Comment