Investor sekaligus Founder Komunitas Pemerhati Pasar Modal (KPPM) Cynthia Nadeak mengatakan, saham-saham BUMN biasanya lebih 'aman', fluktuasinya cenderung stabil. Selain itu, perusahaan BUMN dimiliki pemerintah sehingga kecil kemungkinannya untuk bangkrut.
"Pilih saham-saham BUMN karena punya pemerintah biasanya aman. Saham BUMN buat pas buat pemula karena naik nggak banyak, turun nggak banyak, fluktuasinya nggak terlalu tinggi. Investor pemula biasanya kan masih penakut," ujar Cynthia di Jakarta, Jumat (7/2/2014). Selain itu, pilih saham yang produk-produknya dipakai setiap hari seperti makanan, minuman, otomotif, infrastruktur, dan lain-lain.
"Seperti UNVR ini sudah terbukti berpuluh-puluh tahun di luar dan dalam negeri nggak pernah mati. Selama produknya dibeli sahamnya pasti naik. Contoh lain Tiga Pilar (AISA), Indofood, BRI, Mandiri, BNI, BCA, Astra, Adhi Karya, Jasa Marga, PGAS," terang dia. Dia menambahkan, setiap produk investasi jenis apa pun pasti punya risiko termasuk saham. Sehingga perlu dipahami jika investasi tidak selalu menguntungkan.
"Harus tahu risikonya. Semua produk investasi di pasar modal pasti ada risikonya. Ada untung ada buntung," pungkasnya.Masyarakat menganggap investasi saham perlu biaya yang sangat mahal hingga ratusan juta rupiah. Padahal, dengan setoran awal Rp 5 juta saja, masyarakat sudah bisa punya akun untuk bisa bertransaksi saham.
Cynthia Nadeak, seorang investor saham menyebutkan, cukup dengan setoran awal Rp 5 juta seseorang sudah bisa membuka account di online trading. "Minimal Rp 5 juta sudah bisa kok untuk buka account-nya, nanti tinggal pilih sahamnya saja sesuai keinginan," kata dia, Jumat (7/2/2014). Dia menjelaskan, untuk tahap awal, seseorang bisa datang langsung ke perusahaan sekuritas atau bisa juga melalui online untuk membuka account (akun) yang nantinya digunakan untuk jual beli saham.
Untuk punya akun ini, investor harus melakukan setoran awal minimal Rp 5 juta. Setelah itu, investor bebas memilih saham yang diminati dengan jumlah pembelian bebas tergantung kondisi keuangan. "Misalnya punya uang Rp 5 juta, bisa beli saham Astra (ASII) sekitar 7 lot, sekarang saham Astra sekitar Rp 7.000," kata dia.
Perlu diingat, uang setoran awal Rp 5 juta tadi dan pembelian saham Astra Rp 5 juta, semua dana tersebut masuk dalam rekening atas nama investor dan hanya bisa ditransaksikan menggunakan account yang telah diberikan di awal. Setelah itu, dengan kepemilikan saham tadi, investor bebas melakukan transaksi apakah mau jual atau beli. Jika bertransaksi menggunakan online trading, setiap transaksi beli dikenai fee sebesar 0,15% dan 0,18% untuk jual.
Jika menggunakan jasa broker lokal, untuk setiap transaksi beli kena fee 0,25% dan jual 0,35%. Sedangkan untuk jasa broker asing transaksi beli kena fee 0,30% dan 0,40% untuk jual.
"Tapi ingat ya jangan sampai investasi di saham memperkaya broker karena bayar fee. Kita juga harus memperkaya diri sendiri. Semua pilihan sih mau ditransaksikan setiap hari atau sekali taruh uang terus didiamkan selama berapa tahun misalnya," tutupnya.
No comments:
Post a Comment