Saturday, February 15, 2014

Manfaat dan Cara Melakukan Diversifikasi Saham Dalam Berinvestasi Di Pasar Modal

Salah satu masalah alamiah dalam berinvestasi adalah tidak adanya kepastian akan masa depan, sebab sebuah perusahaan yang mapan sekalipun bisa tersandung masalah sehingga kinerjanya mundur atau malah bangkrut.

Oleh sebab itu, dalam berinvestasi di saham, keputusan untuk memasukkan seluruh dana yang tersedia hanya pada satu saham, sangat tidak dianjurkan. Pertanyaannya kemudian, bagaimana sebaiknya teknik atau strategi diversifikasi yang disarankan?

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menuturkan, diversifikasi pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya kerugian. Kalau seluruh dana yang Anda miliki digunakan untuk membeli satu saham saja, maka ketika pilihan Anda tersebut ternyata keliru, maka nilai kerugian yang terjadi bisa sangat besar.

Namun, jika Anda menyebarkan dana Anda pada sepuluh saham yang berbeda, maka minimal selalu ada saja satu atau dua saham yang sukses menghasilkan keuntungan, dan mengurangi risiko kerugian yang mungkin terjadi.

Sementara jika Anda merupakan investor yang berpengalaman, maka dari sepuluh saham yang Anda pilih, biasanya ada saja satu atau dua di antaranya yang ternyata keliru, namun tetap lebih baik ketimbang Anda hanya memilih satu saham, kemudian satu saham tersebut ternyata keliru.

Diversifikasi yang anda lakukan bisa dikatakan efektif, jika tidak ada saham tertentu dalam portofolio anda yang memiliki kontribusi terlalu signifikan terhadap kinerja portofolio secara keseluruhan. Di sisi lain, tidak ada saham yang hampir tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap kinerja portofolio secara keseluruhan.

Contohnya, Anda memiliki dana Rp10 juta. Nah, Rp7 juta digunakan untuk membeli hanya satu saham saja, yakni saham A, sementara selebihnya baru disebar ke saham B, C, D, dan seterusnya.

Ini adalah diversifikasi yang keliru, karena saham A memiliki bobot yang terlalu besar terhadap portofolio. Di sisi lain, jika Anda memiliki dana Rp10 juta, dan Anda membeli saham tertentu sebanyak Rp100,000 saja, maka strategi diversifikasi tersebut juga keliru.

Sebab, mau saham tersebut naik 100% atau turun 90%, efeknya terhadap portofolio secara keseluruhan hampir tidak akan terasa sama sekali.

Apa yang membuat Warren Buffett menolak diversifikasi? Pertama, ketika Buffett ‘diharuskan’ untuk membeli 40 saham yang berbeda, maka ia akan kesulitan untuk menemukan 40 saham yang layak investasi di Wall Street.

Buffett senantiasa menerapkan kriteria investasi yang sangat ketat terhadap saham-saham pilihannya, sehingga ketika ia melakukan screening untuk memilih saham, maka dari ratusan hingga ribuan saham yang terdaftar di NYSE, ia hanya memperoleh 10 hingga 20 saham saja yang memang layak dibeli.

Kedua, tujuan diversifikasi adalah untuk menekan risiko terjadinya kerugian. Sementara strategi value investing yang dijalani oleh Buffett, fokus pada upaya untuk menekan risiko terjadinya kerugian.

Jadi jika tujuannya adalah untuk ‘jangan sampai rugi’, maka diversifikasi yang lebar (wide diversification) sebenarnya tidak lagi diperlukan, karena dengan catatan si investor yang bersangkutan sudah menerapkan strategi value investing dengan tepat, maka kecil kemungkinan ia akan mengalami kerugian.

Apakah diversifikasi itu diperlukan? Perlu, karena ketika Anda sudah sangat yakin terhadap value atau prospek dari saham tertentu, namun saham pilihan Anda tersebut tetap saja bisa keliru, sehingga Anda sebaiknya menempatkan investasi anda pada beberapa saham yang berbeda.

Diversifikasi seperti apakah yang diperlukan? Diversifikasi yang wajar, alias tidak berlebihan! Anda disarankan untuk menyebarkan dana Anda pada tujuh hingga sepuluh saham yang berbeda, atau maksimal lima belas.

Dari saham-saham yang dipegang, terdapat tiga hingga lima saham yang menjadi pegangan utama, di mana sekitar 40 hingga 60% aset ditempatkan pada saham-saham utama tersebut, sementara selebihnya baru disebar di saham-saham yang lain.

Di sisi lain, Anda juga jangan membeli saham tertentu pada jumlah yang terlalu sedikit, kecuali jika saham tersebut sedang dalam tahap akumulasi. Alhasil, semua saham didalam portofolio adalah penting, baik merupakan pegangan utama atau bukan.

Jika Anda tertarik pada satu saham tertentu, namun Anda tidak cukup yakin untuk membelinya dalam jumlah yang cukup signifikan, maka lebih baik tidak usah sama sekali.

Dengan cara inilah, Anda akan memiliki portofolio yang tidak ada saham tertentu di dalamnya yang memiliki pengaruh terlalu besar terhadap kinerja investasi anda secara keseluruhan. Namun di sisi lain juga tidak ada saham ‘remeh-temeh’ yang tidak berpengaruh apapun terhadap portofolio saham Anda.

Dan ketika Anda sampai pada kondisi itulah, maka bisa dikatakan bahwa strategi diversifikasi yang Anda lakukan telah berjalan efektif, dan Anda tidak perlu lagi khawatir jika salah satu saham pilihan Anda ternyata keliru.

No comments:

Post a Comment