Menperin Saleh Husin mengatakan Tiongkok mendanai investasi pembangunan kawasan industri di Morowali, Sulawesi Tengah, sekitar Rp9 triliun sampai Rp12 triliun. "Ground breaking (peletakan batu pertama) rencananyanya akhir Desember (2014)," katanya pada temu media, di Jakarta, Senin malam.
Ia mengatakan kawasan industri di Morowali tersebut akan dikembangkan sebagai tempat pengolahan berbasis nikel. Saat ini pembangunan smelter sudah dilakukan, mencapai 85 persen. Selain itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah ada pembebasan lahan seluas 1.200 hektare untuk membangun kawasan tersebut. Bahkan dokumennya pun sudah disiapkan.
Saleh berharap di Morowali itu berkembang industri nikel dan turunannya. "Mereka (incar) sumber daya alamnya. Kami minta mereka membangun kawasan industrinya, agar nikel diolah dan memberi nilai tambah," katanya.
Selain Morowali, Kemenperin juga berencana mengembangkan dua belas kawasan industri lainnya di luar pulau Jawa, serta di Jawa, seperti di Gresik (Jawa Timur), sebagai bagian dari program quick wins Perindustrian 2014-2019.
Sembilan kawasan industri lainnya adalah Teluk Bintuni (Papua Barat), Halmahera Timur (Maluku Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Konawe (Sulawesi Tenggara), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Batu Licin (Kalimantan Selatan), Ketapang dan Landak (Kalimantan Barat), Kuala Tanjung dan Sei Mangke (Sumatera Utara), serta Tanggamus (Lampung).
"Salah satu program kami mengembangkan industri di luar Jawa dengan membangun kawasan industri berbasis sumber daya alam," kata Saleh.
No comments:
Post a Comment