Wednesday, November 26, 2014

Jamu Indonesia Belum Siap Bersaing Di Pasar Bebas ASEAN

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, optimistis bahwa produsen jamu di Tanah Air sudah siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain.

"Kalau kemudian kita tidak bisa bersaing dalam satu hal, misalnya packagingnya saja, kita tidak bisa bersaing dengan masyarakat Asean lainnya. Ini tantangan buat semua pengusaha jamu di Indonesia. Saya rasa mereka sudah siap untuk bisa bersaing dan berkompetisi dengan negara lain," ujar Puan di depan Kantor Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Rabu (26/11/2014).

Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, sekaligus Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Charles Saerang, menyatakan hal sebaliknya. Menurut dia, ada banyak hal yang masih harus dibenahi oleh pemerintah maupun pelaku bisnis jamu.

Charles mengatakan, pemerintah perlu membentuk semacam "emporium" sebagai bentuk persiapan menghadapi pasar bebas. "Emporium" diharapkan menjadi one stop solution untuk mendapatkan produk khas Indonesia berkualitas, baik merk besar maupun produk UMKM. "Emporium ini untuk menyatukan seluruh produk jamu yang ada. Yang sudah ada dan branded," tukas Charles.

Menurutnya, pembangunan emporium tersebut penting untuk menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir 2015 mendatang. Tanpa emporium produk nasional tersebut, masyarakat dunia akan sulit mengakses produk Indonesia berkualitas.

Industri jamu dipercaya mampu mendukung perekonomian Indonesia. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang, saat ini industri jamu dan turunannya bisa menghasilkan omzet mencapai Rp 14 triliun per tahun.

Menurut Saerang, potensi yang bisa dicapai industri jamu bila didukung penuh oleh pemerintah bisa mencapai Rp 80 triliun. Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Alexander Sparingga berjanji akan memberikan insentif pada para produsen jamu.

Namun, insentif yang dimaksud Roy bukan insentif dalam hal pendanaan. Sejauh ini, BPOM merencanakan akan memberikan pembinaan kepada para produsen.

"Dalam kaitan ini kami ingin sekali bersama-sama untuk mendukung jamu.? Jamu, warisan budaya ini, merupakan kesempatan yang besar sebagai pertumbuhan ekonomi. Saya yakin, karena ini adalah promosi, terus menerus harus kita lakukan dan itu penting. Ini betul-betul manfaatnya besar," tutur Roy kepada wartawan di pelataran Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (26/11/2014).

Adapun pembinaan yang dimaksud menyangkut sanitasi, masa kadaluarsa, dan penggunaan bahan aman bebas cemaran. "Nah, higienis, sanitasi harus diperhatikan betul-betul agar terjaga dan save life. Masa kadaluarsa harus diperpanjang, dan aman. Tidak ada cemaran dan sebagainya," ujar Roy.

Dia mengungkapkan bahwa dalam mendampingi pengusaha dan produsen jamu, BPOM tidak akan bergerak sendiri. Pihaknya akan menggandeng Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, UKM, Koperasi, dan berbagai pihak terkait. Hanya saja, kali ini Roy juga bertekad bahwa BPOM akan lebih proaktif.

"Yang penting ada integrasi. Programnya terpadu, jadi itu harus kami laksanakan," ujar Roy. "Selama ini kita berdiam. Sekarang lebih proaktif. Termasuk asosiasi. Tentu dengan demikian, ada perubahan yang kemudian mengangkat mereka," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment