Bank Indonesia melansir defisit transaksi berjalan triwulan III 2014 sebesar US$ 6,836 miliar atau 3,07 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit itu turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar US$ 8,689 miliar atau 4,07 persen dari PDB. "Tahun 2014, defisit mungkin di kisaran 3 persen dari PDB," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam konferensi pers di Bank Indonesia, Kamis, 13 November 2014.
Defisit di triwulan III ini juga lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ketika itu, defisit mencapai US$ 8,635 miliar atau 3,89 persen dari PDB. Perbaikan transaksi berjalan, tutur Agus, utamanya didukung oleh kenaikan surplus perdagangan non-migas seiring dengan penurunan impor.
"Perbaikan juga didukung oleh masih positifnya ekspor manufaktur akibat berlanjutnya pemulihan AS dan mulai pulihnya ekspor tambang setelah keluarnya izin ekspor mineral mentah," katanya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo merinci, surplus pada neraca perdagangan non-migas naik dari US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2013 menjadi US$ 4,3 miliar di triwulan III 2014. Meski begitu, defisit neraca perdagangan migas menanjak dari US$ 2,6 miliar menjadi US$ 3,1 miliar. "Secara keseluruhan tahun 2014, total defisit transaksi berjalan juga akan lebih baik, bahkan kemungkinan tidak sampai US$ 26 miliar," ujarnya. Sebelumnya, BI memprediksi defisit bakal mencapai US$ 27 miliar.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga disebut-sebut mengalami surplus yang cukup besar, terutama ditopang oleh meningkatnya arus masuk modal asing yang terus berlanjut pada Oktober 2014. Tahun depan, menurut Perry, investasi berpeluang naik seiring membaiknya ekspor. "Dari hasil survei, pengusaha akan meningkatkan investasi."
Dengan perkembangan positif pada transaksi berjalan dan transaksi modal serta finansial, cadangan devisa meningkat menjadi US$ 112 miliar atau setara 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
No comments:
Post a Comment