Wednesday, November 26, 2014

Laba Pembiayaan Syariah Turun Drastis Dibanding 2013

Laba perusahaan pembiayaan syariah menciut sebanyak 28 persen sejak awal tahun, menjadi Rp 1,230 triliun menjadi Rp 884 miliar pada akhir September 2014. Tren penurunan laba industri multifinance berbasis syariah tak lain karena piutang pembiayaan menyusut.

Berdasarkan Keterbukaan Informasi, piutang pembiayaan berprinsip murabahah melorot 11 persen dari Rp 19,886 triliun pada Januari 2014 menjadi hanya Rp 17,530 triliun pada akhir kuartal ketiga ini. Secara keseluruhan, aset industri multifinance syariah ikut turun 5 persen menjadi Rp 22,601 triliun.

Sebetulnya, pertumbuhan negatif industri multifinance syariah tidak terlepas dari perlambatan yang terjadi di industri multifinance konvensional. Hal ini dikarenakan kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung, termasuk tingginya biaya dana dan ketatnya likuiditas.

Sampai September 2014, pembiayaan industri multifinance mencapai Rp 365,925 triliun atau tumbuh tipis 4 persen ketimbang awal tahun lalu yang sebesar Rp 350,945 triliun. Kontribusi negatif berasal dari bisnis sewa guna usaha dan anjak piutang.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia meramalkan, pembiayaan industri di sepanjang tahun ini akan single digit. Padahal, awal tahun, ia sempat optimistis, industri mampu membukukan pertumbuhan pembiayaan sedikitnya 10 persen. “Pertumbuhan negatif dari bisnis alat berat masih menghantui,” pungkasnya.

Bank Pembangunan Islam (IDB) yang berpusat di Jeddah, segera membuka kantor cabang di Jakarta. Presiden IDB Ahmad Mohamed Ali Al Madani berharap pihaknya bisa meningkatkan kerjasama dengan Indonesia.

"Kantor IDB segera, akan segera beroperasi Insya Allah akan segera operasi sekarang apabila adminiatrasinya selesai," kata Mohamed di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (4/11/2014) seusai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Mohamed yang didampingi Jusuf Kalla, berharap keberadaan kantor cabang IDB di Jakarta bisa meningkatkan kerjasama dengan Indonesia di banyak sektor, termasuk mendukung pembiayaan di Indonesia.  "Misalnya power project juga mendukung pembiayaan di Indonesia, pembangunan rumah sakit di Gaza," ucap Mohamed.

Menurut Mohamed kerjasama dengan Indonesia sudah terjalin sejak 40 tahun yang lalu. Mohamed pertama kali datang ke Indonesia sekitar 1963-1964. "Indonesia adalah anggota pembiayaan yang sangat kuat dan kami sangat mengapresiasi,"sambungnya.

Atas rencana pembangunan kantor cabang IDB di Jakarta ini, Kalla menyampaikan dukungannya. Ia membenarkan bahwa kerjasama Indonesia dan IDB sudah lama terjalin. Menurut Kalla, Indonesia merupakan anggota IDB. "Dia (IDB) adalah teman Indonesia," ucap Kalla.

No comments:

Post a Comment