Harga avtur di Indonesia menurut Indonesian National Air Carriers Assosiation (INACA)--asosiasi maskapai penerbangan komersial di Indonesia--terlalu mahal. Sejumlah alasan di balik penentuan harga avtur itu pun disebut muncul dalam rapat di Kementerian Keuangan pada Selasa (25/11/2014) petang.
“Tadi Pertamina (menyampaikan) alasannya harga (jual avtur) di kilang kita (di Indonesia) lebih mahal daripada (avtur) yang impor. Kami akan cari solusinya,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada wartawan, seusai rapat.
Pada Selasa, jajaran pengurus INACA bertandang ke Kementerian Keuangan untuk mengajukan permintaan terkait segera berlakunya zona penerbangan bebas (Open Sky) ASEAN pada 2015.
Hadir juga dalam pertemuan itu perwakilan dari PT Pertamina dan jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Ditemui terpisah setelah pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono memberikan penjelasan lain soal harga avtur yang dikeluhkan INACA itu.
Menurut Agung, harga avtur Indonesia lebih mahal karena Pertamina harus pula membiayai pengiriman pasokan avtur hingga ke daerah terpencil Indonesia sekalipun. "Jadi akhirnya total pembiayaannya menjadi besar. Jadi harga avturnya juga mahal,” tutur dia.
Agung hadir dalam pertemuan itu karena dibahas pula soal bea masuk pembelian pesawat dan atau komponennya. Soal bea masuk juga menjadi keluhan lain dari INACA. Menjelang pemberlakuan Open Sky ASEAN pada 2015, INACA meminta bea masuk dan sejumlah komponen pajak untuk pembelian pesawat dan atau komponennya dihapus.
Sementara itu, perwakilan Pertamina tak satu pun bersedia berkomentar soal polemik harga avtur ini. Mereka adalah Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina Muhamad Husein dan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.
Salah satu permintaan dari industri penerbangan Indonesia menyongsong pemberlakuan zona bebas terbang (Open Sky) ASEAN pada 2015 adalah penurunan harga avtur. Kenapa? "Harga avtur Indonesia lebih mahal 12 persen dibandingkan di Singapura," kata Ketua Umum Indonesian National Air Carriers Assosiation (INACA) Arif Wibowo, di Kementerian Keuangan, Selasa (25/11/2014).
Karena itu, ujar Arif, penurunan harga avtur menjadi salah satu permintaan asosiasinya menyongsong era "Open Sky" itu. Dengan pengurangan harga jual avtur, kata dia, industri penerbangan dalam negeri akan bisa bersaing dengan maskapai dari negara-negara ASEAN yang dengan kesepakatan "Open Sky" tersebut bakal bebas menerbangkan pesawat di kawasan ini.
Usai pertemuan dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro itu, Arif menyebutkan, harga avtur di Singapura adalah 87 sen dollar AS--setara sekitar Rp 10.500--per liter. Di Indonesia, lanjut dia, harga avtur 97 sen dollar AS--setara sekitar Rp 11.800--per liter. "Bahkan di Papua, harganya bisa mencapai 115 sen dollar AS per liter," imbuh dia.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Emirsyah Satar, tak sependapat bila INACA disebut meminta proteksi dari pemerintah. "Kami ingin bermain sama seperti pemain di negara-negara lain. Jangan salah, INACA tidak minta proteksi. Biar kompetitif, gitu aja,” tegas dia.
Sementara itu, Menteri Keuangan menjelaskan, pemerintah beritikad menjaga industri penerbangan agar tak kolaps ketika zona bebas terbang di kawasan ASEAN itu berlaku. “Yang penting kita sudah punya semangat untuk menyelamatkan airlineIndonesia, apalagi tahun depan kita harus open sky,” ujar Bambang.
No comments:
Post a Comment