Petani kopi di Dairi, Sumatera Utara, mengeluhkan harga Kopi Arabika yang turun sekitar Rp7.000 atau menjadi Rp17.000 per kilogram dengan alasan eksportir karena pasokan banyak di pasar internasional.
"Harga terus turun sejak pertengahan Oktober. Dari Rp24.000 per kg di akhir September tinggal Rp17.000 per kilogram pertengahan November ini," kata Romel Sembiring petani berbagai komoditas Dairi di Medan, Sabtu.
Pedagang pengumpul, kata dia, berdalih penurunan harga akibat harga jual di luar negeri turun karena pasar dibanjiri kopi menyusul masuknya musim panen di berbagai negara produsen.
Menurut Romel, penurunan harga itu membuat petani kecewa karena terjadi saat musim panen. "Jadi meski sedang panen, petani tidak menikmati keuntungan besar karena harga anjlok," katanya. Hanya jenis Robusta yang naik atau menjadi Rp23.000 dari Rp20.000 per kilogram sebelumnya.
Harga Robusta naik diduga karena panennya sangat sedikit karena petani di Sumut sudah 90-an persen beralih menanam Arabika. Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut, Andryanus Simarmata mengaku ada tekanan harga ekspor karena memang lagi banyak kopi di tengah permintaan yang masih belum banyak dampak krisis global.
.Harga ekspor yang turun, otomatis menekan harga pembelian di dalam negeri atau petani. Apalagi, sebelumnya harga kopi Indonesia masih tergolong mahal karena sulit ditekan akibat produksi yang tidak banyak. "Kalau sekarang harga bisa turun, karena pasar lagi banyak kopi," katanya.
Data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, mengungkapkan, volume dan nilai ekspor kopi Arabika hingga Oktober 2014 mengalami pertumbuhan 28,94 persen dari periode sama tahun lalu.
Nilai ekspor Arabika Sumut mencapai 285, 626 juta dolar AS dari volume sebanyak 54.019 ton yang di ekspor ke Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, Jerman dan Kanada.
No comments:
Post a Comment