Crown International Holdings, perusahaan properti asal Australia, menargetkan pembelian apartemen mencapai Rp 3,5 triliun. Chief Executive Officer (CEO) Crown Group Iwan Sunito mengatakan pembelian apartemen Crown Group dari negara Asia terus tumbuh. Keuntungan dari pembelian tersebut Rp 2,5 Triliun. "50-60 persen pembeli berasal India, Indonesia, 30 persen sisanya dari Australia, Taiwan dan China," ujar dia saat menggelar jumpa pers Media Luncheon pendirian kantor perwakilan Crown di Restaurant grand Hyatt Hotel Jakarta Jalan MH Thamrin.
Ia menjelaskan, tahun ini Crown Gruop membangun tiga apartemen di Sidney, Australia. Apartemen itu adalah Top Ryde City Living, Viking Crown Waterloo, dan Viking By Crown yang selesai. "Harga apartemen tersebut berkisar Rp 5-8 miliar per unit," ucapnya.
Berkaitan dengan dibangunnya apartemen itu, Crown Group sengaja melakukan kunjungan selama 10 hari di Indonesia untuk menawarkan properti di Sidney untuk para pembeli Indonesia di Surabaya, Medan, dan Jakarta. Selain itu ia juga berencana membuka kantor dan showroom di Indonesia dalam waktu dekat. "Properti residensial di Sidney adalah pilihan yang bijaksana bagi investor yang ingin melihat laba yang tinggi atas investasi mereka. Permintaaan apartemen perumahan di Sidney jauh melebihi pasokan sehingga menarik bagi pembeli di luar negeri,"tutur dia.
Head of Indonesia Sales Crown Group Nugroho Soesanto mengatakan tiga proyek itu akan menjadi perhatian. Misalnya, Viking By Crown yang merupakan apartemen senilai Rp 3 Triliun menetapkan standar baru dalam desain dan kualitas di Sydney. V By Crown menampilkan sekitar 500 unit apartemen mewah dan bergaya resor dengan fasilitas lengkap seperti kolam renang, fasilitas senam, dan fasilitas konferensi.
Adapun Top Ryde City Living merupakan apartemen mewah yang terdiri dari lima tower. Sedangkan Viking By Crown merupakan apartemen dengan sembilan lantai dan berlokasi sekitar 5 kilometer dari pusat Sidney. Adapun Viking Crown Waterloo memiliki 27 lantai yang canggih dan terletak dipusat bisnis Parramatta."Segmen kita adalah level high class. Makanya kami optimistis target penjualan mencapai Rp 3,5 triliun,katanya.
Kepala Eksekutif Crown International Holding Group Iwan Sunito mengatakan membangun properti di Indonesia lebih sulit ketimbang di Australia. Sebab, kata dia, membebaskan tanah untuk membangun properti di Indonesia lebih susah. "Belum ada aturan yang jelas dan banyak sengketa," kata dia di Grand Hyatt, Senin, 24 November 2014.
Menurut Iwan, rumitnya masalah lahan menyebabkan investor takut untuk masuk dalam bisnis properti di Indonesia. Masalah yang lebih menakutkan, kata Iwan, adalah permainan hukum. Dia mengatakan kepemilikan lahan di Indonesia bisa dipermasalahkan meski pengadilan sudah memastikan status hukumnya. "Ada juga yang sengaja dipermasalahkan biar tidak bebas," ujarnya.
Iwan mengatakan masalah semacam itu tidak ditemukan di Australia. Selain proses hukum yang jelas, pengurusan kepemilikan tanah dan pembangunan properti berjalan transparan. Begitu juga dengan beban biaya perizinan yang mudah diketahui nilainya.
Kendati demikian, Iwan mengakui potensi bisnis properti di Indonesia masih terbuka lebar. Dengan pertumbuhan kelas menengah yang signifikan, bisnis properti masih bisa menarik investor. Iwan yang sukses berbisnis properti di Australia kini menggandeng perusahaan properti nasional untuk membangun apartemen seluas 10 hektare. "Lokasinya satu jam dari Jakarta," kata Iwan.
Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Crown International Holding Group Indonesia, Michael Ginarto, mengatakan minat warga negara Indonesia (WNI) untuk membeli properti residensial di Australia sangat tinggi. Sebagai gambaran, transaksi WNI mencapai 30 persen dari nilai penjualan apartemen Crown Group pada 2012 yang mencapai Rp 2,5 triliun. "Selain tempat tinggal, mereka menjadikan properti di Australia sebagai alat investasi," kata dia dalam diskusi di Menteng Jakarta Pusat, Selasa 28 Mei 2013.
Crown International adalah salah satu pengembang properti asal Australia yang gencar mengincar konsumen di Indonesia. Menurut Michael rata-rata konsumen asal Indonesia membeli apartemen untuk anaknya yang bersekolah di negeri kanguru itu. Kota-kota yang menjadi pilihan diantaranya Melbourne dan Sydney.
Minat konsumen, kata Michael, semakin tinggi setelah pemerintah negara bagian memberi insentif. Pemerintah New South Wales misalnya, memberi bonus sebesar AUS$ 5 ribu untuk setiap unit properti yang dibeli konsumen asing. Namun uang muka sebesar 10 persen langsung masuk kas pemerintah, tidak melalui pengembang. "Karena aman, properti di Australia pun diminati investor," ujarnya.
Crown International menyasar pasar kelas atas dengan rata-rata harga property Rp 3-30 miliar. Michael mengatakan investor asal Indonesia rata-rata membeli rumah atau apartemen seharga Rp 7 miliar. Nilai transaksinya pun cukup tinggi. "Mereka membayar secara tunai dan membeli lebih dari satu unit."
Kepala Eksekutif Crown Group, Iwan Sunito, enargetkan pembelian apartemen pada 2013 mencapai Rp 3,5 Triliun. Dari jumlah itu, 60 persen pembeli berasal India dan Indonesia, selebihnya dari Australia, Taiwan dan Cina.
No comments:
Post a Comment