Tuesday, November 11, 2014

Perdagangan Indonesia Rusia Capai 61 Triliun

Dewan Perwakilan Daerah menerima kunjungan Dewan Federasi Majelis Federal Rusia yang dipimpin Valentina Ivanovna Matvienko. Ketua DPD Irman Gusman mengatakan elemen penting dalam kemajuan Indonesia adalah menguatnya hubungan dengan negara lain, "Khususnya dengan Rusia," kata Irman di kompleks Parlemen, Selasa, 11 November 2014.

Dalam pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Joko Widodo di Forum Kerja Sama Asia Pasifik (APEC), Beijing, disepakati kedua negara akan meningkatkan nilai perdagangan. Pertemuan Jokowi dan Putin menargetkan perdagangan sebesar US$ 5 miliar (Rp 61 triliun) pada 2015.

Irman mengajak Rusia terlibat dalam pembangunan kawasan. Menurutnya, kebijakan "melihat ke timur" yang dijalankan Rusia sejalan dengan perkembangan strategis di kawasan Asia Pasifik. "Apalagi saat ini Asia-Pasifik menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia," kata Irman.

Sedangkan Valentina Matvienko mengatakan kedatangannya ke Indonesia merupakan balasan atas kunjungan Ketua DPD ke Rusia. Dia berharap, kerjasama antara Rusia dan Indonesia semakin kokoh. "Pertemuan dua pemimpin di ajang APEC akan meningkatkan kerja sama dua negara," kata Valentina.

Dalam bidang infrastruktur, Indonesia dan Rusia berencana membangun jalur rel kereta api di Kalimantan. Valentina mengatakan Pemerintah Rusia berencana untuk menyediakan beasiswa untuk para mahasiswa Indonesia yang akan bekerja pada proyek ini. Salah satu perusahaan besar Rusia, Rusal, juga berniat membangun pabrik alumunium di Indonesia. "Semoga kerja sama ini dapat terus ditingkatkan," kata Valentina.

Pada tiga tahun terakhir, nilai perdagangan kedua negara terus meningkat. Pada 2010, nilai perdagangan keduanya US$ 1,68 milyar. Pada 2011 menjadi US$ 2,54 miliar. Pada 2012 naik lagi menjadi US$ 3,37 milyar. Angka perdagangan pada 2013 mencapai US$ 3,52 milyar.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel memanfaatkan pertemuan Organisasi Kerja Sama Rkonomi Asia Pasifik (APEC Ministerial Meeting/ AMM), di Beijing, Cina, untuk melakukan gebrakan. Dalam pertemuan itu, Gobel menemui Menteri Ekonomi Pembangungan Rusia, Alexei Ulyukayev dan Menteri Perdagangan dan Investasi Australia, Andrew Robb.

Kepada mereka, Rachmat menjamin dukungan pemerintahan Joko Widodo terhadap investasi asing di Indonesia. Tapi, kepada Rusia, Gobel meminta Rusia mereka mengikuti standar internasional pada sektor pertanian, khususnya minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO). Seperti diketahui, Indonesia dan Rusia sempat bersitegang soal perdagangan CPO. "Rusia akan berusaha mencarikan solusinya dengan kementerian terkait," kata Rachmat melalui siaran pers, Selasa, 11 November 2014.

Kepada perwakilan Australia, Rahcmat menyoroti masalah perdagangan rokok. Dia mengingatkan Australia agar kebijakan kemasan polos yang mereka terapkan ditinjau kembali. Sebab, kebijakan yang disebut plainpackaging itu memberikan dampak buruk bagi sektor industri rokok di Indonesia, "Terutama sektor tembakau, cengkeh,serta kertas," katanya.

No comments:

Post a Comment