Kementerian Perdagangan menyebutkan dampak krisis global yang melanda Amerika Serikat dan Eropa terus menurunkan kinerja ekspor Indonesia.
"Situasi krisis finansial di pasar besar seperti Eropa dan Amerika diproyeksi berjalan dalam waktu yang cukup panjang, bisa mencapai 15 tahun untuk proses pemulihan. Namun, Amerika sudah dalam pemulihan dan Prancis saya harap juga membawa kebijakan yang segar untuk menstabilkan kinerja perdagangan dengan Indonesia," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami di Jakarta, Selasa.
Menurut Gusmardi, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan merevisi target ekspor. Apalagi, negara-negara eksportir di belahan dunia lain masih belum ada yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia bakal di atas pencapaian tahun lalu.
"Jika kinerja ekspor bisa menyamai tahun lalu sudah sangat bagus. Ekspor di tahun ini cukup berat," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan tahun lalu pencapaian ekspor Indonesia sebesar 203 miliar dolar AS dan hingga akhir tahun, pemerintah menargetkan ekspor menjadi 230 miliar dolar AS.
"Pelemahan ekspor tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun dialami sejumlah negara seperti China yang pertumbuhan ekspornya turun dari 26,4 persen pada kuartal pertama 2011, menjadi 7,6 persen pada kuartal pertama 2012.
"Pertumbuhan ekspor Korea anjlok dari 29,6 persen pada kuartal I 2011 menjadi 3 persen pada kuartal I 2012 dan Jepang yang pertumbuhan ekspornya mencapai 12,9 persen pada kuartal I 2011, turun jadi 1,8 persen pada periode yang sama tahun ini," paparnya.
Gusmardi menambahkan, pemerintah akan meningkatkan daya saing produk dalam negeri untuk meningkatkan kinerja ekspor.
"Agar ekspor terus meningkat, produsen di dalam negeri diharapkan membuat produk yang berkualitas dan mampu bersaing dengan produk dari negara lain," tuturnya.
No comments:
Post a Comment