Sunday, July 20, 2014

Anomali : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tidak Dibarengi Penyerapan Tenaga Kerja

Kepala Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, menyayangkan pertumbuhan ekonomi belum bisa menurunkan tingkat pengangguran secara signifikan. Salah satunya karena investasi di dalam negeri masih lebih banyak yang berorientasi pada industri padat modal.

“Dengan kondisi ini, maka industri yang ada tidak menyerap tenaga kerja dengan sempurna,” ujar Fauzi ketika dihubungi, Selasa, 6 Mei 2014. Apalagi, kebijakan menaikkan Upah Minimum Provinsi tidak disertai dengan bertambahnya produktivitas buruh. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan hingga Februari lalu sebanyak 7,15 juta orang dari 125,3 juta angkatan kerja di Indonesia masih menganggur. Jumlah pengangguran itu memang menurun dibanding Agustus 2013 yang tercatat sebanyak 7,41 juta orang.

“Pada Februari 2014 jumlah tingkat pengangguran terbuka sebanyak 7,20 orang. Jumlah penduduk yang bekerja 118,17 juta orang, meningkat dibandingkan Februari 2013 sebanyak 116,4 juta orang,” kata Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi pers di kantornya, Senin lalu.

Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, BPS mencatat tidak terjadi perubahan. Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan industri masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja. Penyerapa tenaga kerja masih didominasi pekerja berpendidikan rendah (SMP kebawah) 76,4 juta orang atau 64,63 persen. Sementara pekerja berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) hanya sekitar 12 juta orang.

Sedikitnya 12.900 warga Kota Serang, Provinsi Banten, menganggur. Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Serang Syafaat mengatakan data tersebut berdasarkan jumlah pembuatan kartu kuning di Disnakertrans sampai triwulan pertama 2014. Jumlah ini mengasumsikan pembuat kartu kuning sebagai orang yang belum memiliki pekerjaan. "Jumlah pembuat kartu kuning mencapai 11.000 orang. Di triwulan pertama tahun ini, ada 1.900 orang lagi yang membuat kartu kuning," katanya, Rabu, 7 Mei 2014.

Menurut Syafaat, jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah hingga 100 persen setelah kelulusan siswa SLTA nanti. "Faktornya banyak. Di antaranya daya tampung tenaga kerja yang tidak sesuai dengan lowongan. SDM juga berpengaruh karena perusahaan tentu hanya menampung tenaga kerja yang sesuai kebutuhan mereka," kata Syafaat.

Syafaat mengatakan pihaknya terus berupaya mengatasi masalah pengangguran di Kota Serang. Salah satunya melalui kegiatan job fair atau pameran bursa tenaga kerja, pelatihan keterampilan dan wirausaha bagi pengangguran di Kota Serang. "Tugas kami membuat para lulusan bisa bekerja. Oleh karena itu, kami beri mereka pelatihan," katanya.

Menurut dia, seluruh pengangguran di Kota Serang dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan, meliputi kursus menjahit, kursus komputer, serta wirausaha ternak kambing. "Jadi, selain memberi pelatihan, kami juga memberi alat, seperti mesin jahit. Sedangkan untuk wirausaha kami beri kambing," ujar Syafaat.

Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN) tentang Tenaga Kerja pada Februari 2012, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Banten di atas DKI Jakarta, yaitu mencapai 10,74 persen. Sedangkan untuk TPT DKI Jakarta hanya mencapai 10,72 persen dari jumlah penduduk DKI Jakarta.

Dari data BPS Provinsi Banten, jumlah angkatan kerja di Banten pada Februari 2012 bertambah 233.963 orang. Pada Februari 2011 angkatan kerja di Banten mencapai 5.164.681 orang, tetapi pada Februari 2012 menjadi 5.398.644 orang.

No comments:

Post a Comment