Friday, July 18, 2014

Bojonegoro Surplus Beras dan Ekspor ke 8 Provinsi

Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivisi Regional (Subdivre) III Bojonegoro, Jawa Timur, mengirim 52 ribu ton beras ke delapan provinsi sejak Januari hingga Juli 2014. Selain karena stok melimpah, pengiriman beras ini untuk membantu menstabilkan harga beras di daerah tujuan akibat musim kemarau. Provinsi-provinsi yang mendapat pasokan beras ialah Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua. Pengiriman beras ke sejumlah provinsi direncanakan hingga akhir tahun ini.

Menurut Kepala Bulog Subdivre III Bojonegoro Efdal Marlius Sulaiman, pengiriman beras tersebut atas permintaan Perum Bulog di Jakarta. Bulog menilai harga beras di daerah-daerah harus tetap distabilkan selama musim kering. "Bulog Pusat yang meminta dikirim ke daerah," kata Efdal, Jumat, 18 Juli 2014. Efdal menjamin pengiriman beras ke daerah lain tidak mengganggu persediaan pangan yang ada di Bojonegoro. Sebab produksi beras dari petani di Kabupaten Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro cukup melimpah. Bahkan, produksi beras hingga pertengahan tahun ini sudah sekitar 150 ribu.

Efdal mengatakan, pada 2012, Bulog Bojonegoro juga pernah mengirim beras 26 ribu ton ke sejumlah provinsi, termasuk ke sejumlah kabupaten di Papua, seperti Biak, Yakuhimo, Nabire, Sorong, dan Timika. Adapun tahun lalu beras Bulog Bojonegoro dikirim ke Banda Aceh, Lhokseumawe, Pangkalanbun, Madura, dan Papua dengan total 35 ribu ton.

Dinas Pertanian Bojonegoro mencatat ada 15 kecamatan yang surplus padi karena berada di aliran Sungai Bengawan Solo. Yaitu Kecamatan Margomulyo, Ngraho, Padangan, Kasiman, Purwosari, Malo, Gayam, Kalitidu, Trucuk, Dander, Kecamatan Kota, Kapas, Kanor, Sumberedjo, dan Baureno. "Karena pengairannya bagus," ujar Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Ahmad Jupari.

Menjelang Lebaran, harga kebutuhan pokok di Bojonegoro tetap stabil, bahkan bisa turun. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro mencatat, kebutuhan pokok yang relatif stabil ialah beras, gula, minyak, telur ayam, dan tepung terigu.  Adapun beras jenis medium seperti C-4, harganya justru turun dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.300 per kilogram. Selain itu, bawang merah juga turun, dari Rp 24.000 menjadi Rp 22.000 per kilogram. Sedangkan bawang putih yang sebelumnya dihargai Rp 16.000 menjadi Rp 15.000 per kilogram.

Hanya daging ayam kampung yang harganya naik, yakni dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000 ribu per kilogram. Namun harga daging ayam Irak dan ayam potong stabil pada kisaran Rp 25.000 ribu per kilogram dan Rp 20.000 ribu per kilogram. Harga daging sapi juga masih bertahan, yakni Rp 95.000 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro Basuki mengatakan stabilnya harga kebutuhan pokok di pasaran dipengaruhi oleh operasi pasar. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bekerja sama dengan Bulog dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memang menggelar operasi pasar selama satu bulan terhitung dari 30 Juni hingga 26 Juli 2014.

Operasi pasar digelar di Pasar Sugihwaras, Pasar Besar Kota Bojonegoro, Pasar Kanor, Pasar Sekar, Pasar Ngambon, Pasar Ngasem, dan sejumlah pasar di pinggiran kota. Operasi pasar menggunakan patokan harga standar karena mendapat subsidi ongkos angkat-angkut dari pemerintah Jawa Timur. "Tujuannya, menstabilkan harga," ujar Basuki, Kamis, 10 Juni 2014.

No comments:

Post a Comment