Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan, tantangan terbesar di Indonesia dalam investasi portofolio adalah kurangnya minat dan pengetahuan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah harus melakukan edukasi yang agresif.
"Edukasi penting untuk pendalaman pasar, supaya sebaran lokal dan asing lebih merata," kata Lana saat dihubungi, Selasa, 15 Juli 2014. Dengan meratanya investor lokal dan asing, maka investasi di Indonesia akan tahan dengan tekanan asing.
Saat ini, kata Lana, dalam investasi saham, presentase asing lebih besar. Yaitu 51 persen. Selain itu, asing juga menguasai 35,8 persen obligasi pemerintah. Dengan kondisi ini, investasi portofolio masih sangat bergantung pada asing.
Lana mengatakan, ada dua hal yang menyebabkan minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap investasi. Pertama, adalah pendapatan per kapita yang masih kecil. Meski biaya investasi kini sudah murah, kata dia, pendapatan Rp 3 juta per bulan masih dirasa kurang. "Menabung saja masih mikir, apalagi investasi," kata dia.
Yang kedua adalah minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya investasi. Untuk mengatasi hal ini, menurut Lana, pemerintah harus mulai mengenalkan investasi sejak di banku sekolah. "Minimal SMP deh sudah diedukasi," katanya.
Sedangkan untuk investasi fisik, lanjutnya, Indonesia menghadapi lima tantangan yang harus segera dibenahi.
Pertama adalah korupsi. Selanjutnya adalah birokrasi yang tak efisien. Ketiga, kurangnya infrastruktur yang memadai. Keempat, adanya tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Terakhir adalah biaya meminjam yang mahal.
Untuk jangka pendek, kata Lana, yang dapat dilakukan adalah membenahi infrastruktur dan meniadakan tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dan daerah. "Kalau yang tiga lainnya, butuh rencana jangka panjang untuk membenahinya," tuturnya.
No comments:
Post a Comment