Pada salah satu annual letter-nya di 1960-an, Warren Buffett mengatakan ‘cara kerja kami adalah membeli saham-saham pada harga yang serendah-rendahnya, sehingga jika nanti kami menjualnya pada harga yang tidak terlalu tinggi, kami tetap akan memperoleh keuntungan. Ada beberapa saham yang valuasinya sudah cukup murah. Salah satunya Bank Tabungan Negara Tbk BBTN).
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menuturkan, ketika artikel ini ditulis, BBTN berada di harga 1.020 dan mencerminkan PBV 0,9 kali. Lalu bagaimana keputusan untuk membeli BBTN pada kisaran harganya saat ini bisa menghasilkan keuntungan?
Pertama-tama, ingat bahwa meski kita bicara soal ‘trading’, namun jangan bayangkan bahwa Anda bisa beli saham pada hari ini, kemudian bisa langsung jual keesokan harinya untuk meraup keuntungan 5 – 10%. Trading maksudnya adalah kita membeli saham pada harga tertentu untuk dijual kembali pada harga yang lebih tinggi, namun jangka waktunya bisa sebentar.
Tapi yang jelas mau anda sukses menjualnya pada minggu depan atau perlu menunggu hingga tiga bulan depan, Anda seharusnya tetap akan memperoleh keuntungan yang lumayan. Dan BBTN, kalau Anda bisa memegang sahamnya paling tidak sampai April tahun depan, maka Anda akan memperoleh gain besar jika dia nanti naik lagi ke 1.500. Sebab pada tahun-tahun sebelumnya juga begitu.
Kalau Anda membeli BBTN ini pada setiap awal tahun, maka Anda hampir pasti akan memperoleh keuntungan yang lumayan, dan keuntungan tersebut akan lebih besar andaikata Anda membelinya pada harga yang serendah-rendahnya, di bawah 1.000.
Pada 2011, keuntungan yang diperoleh terbilang kecil karena masuknya di harga yang cukup tinggi, yakni 1.670. Namun, jika Anda pada awal 2011 membeli BBTN di harga 1,670, kemudian melakukan average down ketika BBTN turun hingga 1.200-an,
"Maka keuntungan yang diperoleh tetap signifikan ketika Anda menjual BBTN ini pada April di harga 1.700-an," tutur Teguh dalam riset edisi Juli 2014. Kalau berkaca pada kasus ini, maka Anda akan mengerti bahwa bagi value investor, penurunan harga (dari saham yang berfundamental baik) adalah selalu merupakan peluang, dan bukannya bencana.
Dan BBTN, meski secara fundamental kalah telak dibanding BBRI atau bank-bank top lainnya, namun tidak bisa disebut sebagai bank jelek. Ini artinya, selama harga belinya cukup murah, yakni PBV 1 koma sekian kali atau kalau bisa kurang dari itu (PBV BBRI serendah-rendahnya 2.1 kali, maka BBTN ini tetap layak buy.
Sedikit catatan, Buffett sebenarnya tidak akan tertarik sama BBTN ini karena dia lebih suka ‘buy a wonderful company at a fair price than buy a fair company at a wonderful price’, karena horizon dia adalah jangka panjang. Sementara BBRI sudah naik sekitar 300%, tanpa perlu kita utak atik sahamnya.
Kendati demikian, apabila Anda bisa memanfaatkan fluktuasi BBTN di mana Anda masuk di harga bawah, lalu menjual pada harga tinggi, maka setelah lima tahun, total compounded gain yang Anda peroleh bisa lebih dari 300%. Terdapat beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait kasus pergerakan saham dengan contoh BBTN ini. Pertama, BBTN sekali lagi hanyalah contoh.
Di BEI terdapat banyak saham-saham lain, baik dari sektor perbankan atau sektor lainnya, yang punya pola pergerakan yang mirip dengan BBTN. BBTN meski dia tidak sebagus BBRI, namun juga bukan bank yang jelek, sehingga harganya yang murah masih menarik meski hanya untuk invest jangka pendek.
"Kalau anda menemukan saham yang murahnya setengah mati, katakanlah PBV-nya cuma 0,5 kali, tapi fundamental perusahaannya jelek setengah mati juga, maka ya jangan beli sahamnya," katanya. Untuk kasus BBTN, kalau anda perhatikan manajemennya sebenarnya kredibel hanya memang mereka belum sekompeten manajemen BBRI atau bank lainnya dalam mengurus perusahaan.
Ketiga, BBTN cenderung bergerak naik sepanjang empat bulan pertama (Januari – April) di setiap tahunnya karena didorong oleh beberapa faktor, seperti Januari Effect dan pembagian dividen. Di luar itu, BBTN cenderung bergerak stagnan, atau malah turun jika IHSG turun.
"Tapi kalau anda bisa masuk di harga yang serendah mungkin, let say di bawah 1.000, maka anda tetap berpeluang untuk memperoleh untung besar meski anda tidak membeli BBTN ini," ujarnya. Ingat, yang terpenting adalah bukan soal anda belinya kapan, tapi belinya pada harga berapa.
Meski sekarang ini baru Juli, namun berhubung BBTN sudah di harga bawah lagi (mungkin karena investor kecewa kemarin BBTN gak jadi diakuisisi Bank Mandiri), maka sahamnya sudah bisa diperhatikan kembali, untuk nanti di-collect pada harga 800 – 900 (itu harga terendah BBTN sepanjang sejarah, dan dia memang murah sekali di harga tersebut).
Pada September 2013 lalu, ketika IHSG anjlok, BBTN juga turun sampai 850 tapi langsung naik hingga 1.100 tak sampai sebulan kemudian (naik hampir 30%). Jadi kalau anda beruntung maka mungkin anda tidak perlu menunggu sampai April 2015.
Satu hal lagi yang perlu dicatat adalah berbeda dengan trading menggunakan metode lainnya, trading seperti yang dicontohkan diatas menawarkan risiko yang rendah. "Sebab ketika kita menemukan saham yang meski kinerja fundamentalnya tidak terlalu istimewa, tapi di sisi lain valuasinya sangat rendah, maka praktis risiko investasi pada sahamnya, atau dalam hal ini risiko trading-nya, menjadi rendah," ujar dia.
Kalau anda perhatikan valuasi saham-saham perbankan terbilang relatif rendah dibanding saham-saham big caps lainnya. Bahkan, valuasi BBTN lebih rendah lagi, padahal nilai laba bersih serta ekuitas perusahaannya masih bertumbuh dengan lancar dari tahun ke tahun. Jadi, kecuali terjadi peristiwa force majeure atau IHSG jatuh sangat dalam, maka tidak ada alasan bagi BBTN untuk turun lebih rendah dari 800 – 900, karena valuasinya pada harga tersebut sudah sangat murah.
No comments:
Post a Comment