Sebelumnya, ICBP masuk bisnis minuman non-alkohol bersama Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd dengan merek dagang Ichi Ocha. ICBP juga mendirikan perusahaan patungan dengan JC Comsa Corporation bernama PT Indofood Comsa Sukses Makmur yang bergerak di bidang jaringan restoran.
Analis Samuel Sekuritas Tiesha Narandha Putri menilai positif sejumlah ekspansi ICBP. Menurut dia, bisnis utama ICBP, yakni mi instan, mulai mature sehingga perlu membidik bisnis lain. “ICBP harus mencari sumber pendukung untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujar Tiesha.
Sementara, analis Ciptadana Securities Christine Natasya khawatir diversifikasi bisnis yang terlalu banyak justru mengeluarkan biaya besar. “Bisnis baru biasanya dalam tiga tahun baru bisa memberikan kontribusi,” papar dia. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk menggandeng Oji Holdings Corporation mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang produksi popok kertas (paper diapers).
Indofood menjelaskan ada dua perusahaan joint venture yang didirikan bersama Oji, yaitu yang bergerak di bidang produksi dan satu lagi di bidang distribusi. Dengan kerjasama ini, Indofood berharap mampu meraih potensi bisnis yang ada.
Dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia, Kamis (24/4/2014), manajemen Indofood menjelaskan untuk perusahaan yang bergerak di produksi, Indofood menguasai 49 persen saham dan selebihnya 51 persen dipegang Oji. Sebaliknya, untuk perusahaan distribusi, Indofood mengendalikan 51 persen dan sisanya 49 persen dipegang Oji.
"Kolaborasi ini memungkinkan perseroan memperluas kategori usaha sehingga dapat meningkatkan kehadirannya di pasar dan mempercepat pertumbuhan perseroan," tulis manajemen Indofood.Indofood juga menyatakan usaha patungan tersebut didukung oleh kemampuan perseroan menguasai pasar yang cukup luas di Indonesia serta kemampuan teknis dari Oji dalam memproduksi popok.
Christine dan Tiesha belum bisa menghitung kontribusi bisnis baru di bidang popok bayi dan restoran lantaran belum ada keterangan lebih detail dari ICBP. Namun, jika melihat dari bisnis minuman non-alkohol, hingga kini masih mencetak marginearning before interest and taxes (EBIT) negatif. “Di tahun awal, pasti akan mencetak loss,” ujar Tiesha. Selain menelan banyak biaya promosi, produk baru perlu waktu untuk diterima masyarakat.
Tahun ini, analis memperkirakan, ICBP tetap mengandalkan bisnis lama mereka. Konstribusi pendapatan ICBP paling besar berasal dari mi instan, yang menyumbang 69 persen total pendapatan. Di kuartal I-2014, penjualan mi instan naik 22 persen year-on-year(yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pendapatan ICBP yang meningkat 21 persen (yoy) menjadi Rp 7,4 triliun.
Analis Indo Premier Julianto Wongso, dalam risetnya pada 28 Mei 2014, menilai positif prospek saham ICBP dalam jangka panjang. Namun, di jangka pendek, ICBP masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya dari harga bubuk susu yang tinggi. Selain itu, harga iklan dan promosi semakin meningkat sehingga menekan margin ICBP.
Sementara itu, konsumsi mi instan per kapita yang sudah tinggi membuat pertumbuhan pasar produk ini semakin terbatas. Julianto memperkirakan, pertumbuhan rata-rata volume penjualan 2,7 persen per tahun sepanjang 2013 hingga 2016, terutama didorong peluncuran produk baru dan premium. Untungnya, ICBP tahun ini sudah menaikkan harga jual rata-rata produk mi instan untuk mengimbangi depresiasi rupiah.
Christine memproyeksi, pendapatan ICBP tahun ini Rp 29,67 triliun, tumbuh 18 persen (yoy). Sedangkan, laba bersihnya akan mencapai Rp 2,64 triliun atau tumbuh 19 persen.
Julianto dan Christine merekomendasikan hold ICBP dengan target masing-masing Rp 11.150 dan Rp 10.400 per saham. Tiesha merekomendasikan buy dengan target Rp 12.000 per saham. Harga ICBP kemarin naik 5,26 persen menjadi Rp 10.500 per saham.
No comments:
Post a Comment