Pengusaha terigu nasional yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Terigu Indonesia (Aptindo) mengeluhkan adanya serbuan impor terigu dari Turki, India, dan Sri Lanka yang harganya jauh lebih murah. Dampaknya produk terigu dalam negeri sulit bersaing.
Ketua Aptindo Fransiscus Welirang mengatakan, negara seperti Turki, India dan Sri Lanka mendapatkan subsidi dari pemerintahnya. Subsidi tersebut bukan berapa materil, melainkan kebijakan yang menguntungkan industri dalam negeri negara-negara tersebut.
"Kalau kita bicara, sulit bersaing di mana di negara tertentu ada intervensi pemerintah. Di Turki ada, Sri Lanka ada. Itu yang mengakibatkan distorsi harga yang sebenarnya," kata Franky sapaan akrab Franciscus saat acara buka puasa bersama Aptindo, di Restoran, SCBD, Jakarta, Kamis (24/7/2014).
Franky mengatakan, pemerintah negara-negara tersebut memproteksi industri dalam negeri dengan pengenaan bea masuk impor. Sehingga bahan baku terigu berupa gandum harganya melonjak hingga 120%. "Dia memproteksi gandum dalam negerinya, sehingga gandum impor itu dia naikkan jadi 120% harganya. Itu dimanfaatkan dari satu regulasi," katanya.
Berdasarkan data Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), harga gandum impor yang masuk ke Indonesia mencapai US$ 362,2 per metric ton. Sedangkan yang dijual di Indonesia atau diekspor harganya mencapai US$ 476,5 per metric ton.
"Kasihan yang kecil dan baru, yang harus bersaing dengan harga dibanting begitu. Kita ingin dia hidup," tutupnya. Hal ini lah yang membuat Aptindo mengadukan hal ini ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Kementerian Perdagangan.
No comments:
Post a Comment