Panjangnya antrean warga di loket Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit umum menimbulkan profesi baru, yakni joki antrean. Pasien yang tidak kuat mengantre bisa menggunakan jasa joki dengan konsekuensi membayar uang berkisar Rp 50.000-Rp 100.000.
Seorang kerabat pasien bernama Masnah (40), menjelaskan, terdapat dua layanan jasa joki antrean di RSUD Budhi Asih. Dua-duanya mewajibkan joki untuk tiba di rumah sakit setidaknya pukul 02.00. Hal itu juga dibenarkan oleh kerabat pasien lain yang ditemui . Jasa pertama adalah joki tempat antrean. Di sini tugas joki sederhana, yaitu menempati atau 'mengamankan' tempat mengantre pengambilan nomor antrean registrasi. Setelah tiba sekitar pukul 02.00, ia cuma perlu tahan duduk sekitar tiga jam sebelum si pasien pemakai jasa datang.
Setelah duduk 'mengamankan' tempat selama tiga jam, pasien pengguna jasa selanjutnya akan tiba di RSUD Budhi Asih sekitar pukul 05.00 atau sebelum pengambilan nomor antrean registrasi dibuka pukul 05.30. Pengambilan nomor harus menyertakan surat rujukan dan puskesmas.
Bila sudah tiba, si pasien pun tinggal menduduki tempat yang sebelumnya 'diamankan' oleh si joki. Pasien itu lalu mengambil nomor antrean registrasi. Tugas si joki pun selesai. Para pemakai jasa joki bisa menghemat waktu berjam-jam karena begitu datang langsung dapat nomor antrean kecil. Makin kecil nomor antrean yang didapat, makin besar kesempatan untuk dilayani lebih dulu.
Layanan jasa kedua adalah joki nomor antrean. Prosesnya kurang lebih sama. Si joki datang dini hari dan mengamankan tempat dengan cara duduk hingga sekitar tiga jam. Bedanya, untuk jasa kedua ini si joki juga sekaligus bertugas mengambil nomor antrean registrasi. Dengan demikian, ia harus membawa serta berkas pasien berupa surat rujukan dari Puskesmas.
Karena pengambilan nomor hanya bisa dilakukan dengan membawa berkas pasien. Setelah mengambil nomor antrean, si joki tinggal menunggu pasien pemakai jasanya tiba di RS. Untuk layanan jasa kedua ini, pasien lebih hemat waktu karena tidak perlu datang pukul 05.00. Ia bisa datang sekitar pukul 06.30 dan tinggal menunggu namanya dipanggil.
Untuk layanan jenis kedua ini, sebelumnya pasien harus menyerahkan berkas rujukan kepada si joki sehari atau malam sebelumnya. Menurut pengakuan Roli (28), seorang keluarga pasien, uang yang diberikan kepada si joki biasanya akan lebih besar bila layanannya lengkap (jasa kedua), yakni sekitar Rp 100.000.
"Tapi biasanya mereka nggak pasang tarif. Seikhlasnya aja. Karena yang berobat kan juga bukan orang kaya. Pernah kita kasih Rp 100.000. Cuma sekali itu saja," ujarnya.Matahari belum tampak di langit sekitar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (17/7) subuh. Namun, ratusan orang telah berkumpul di depan loket Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta Timur.
Di loket BPJS Kesehatan tertera tulisan bahwa pengambilan nomor antrean baru dimulai pukul 05.30. Namun, banyak pasien yang telah berada di RSUD sejak pukul 02.00 dini hari agar mendapat giliran lebih awal mengambil nomor antrean. Dengan begitu, si pasien bisa dirawat pada giliran pertama.
Setelah mengantre di loket BPJS Kesehatan, mereka masih harus menunggu giliran di loket poli. Setelah itu, mereka juga harus menunggu berjam-jam untuk dapat memperoleh obat. Membeludaknya pasien yang diikuti dengan panjangnya antrean ini rupanya melahirkan profesi baru, yakni joki antrean.
Menurut sejumlah pasien, di RSUD Budhi Asih terdapat beberapa joki antrean. Pasien yang tidak kuat mengantre bisa menggunakan jasa joki dengan konsekuensi membayar uang berkisar Rp 50.000-Rp 100.000. Seorang kerabat pasien bernama Masnah (40), menjelaskan, terdapat dua layanan jasa joki antrean di RSUD ini. Dua-duanya mewajibkan joki untuk tiba di rumah sakit setidaknya pukul 02.00. Hal itu juga dibenarkan oleh kerabat pasien lain yang ditemui .
No comments:
Post a Comment