Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman pada triwulan pertama 2014 mencapai angka 9,47 persen. Sedangkan tahun triwulan tahun lalu hanya tumbuh sekitar 1,75 persen.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Siswaja Lukman, mengatakan pertumbuhan yang tinggi tersebut ditopang oleh investasi yang masuk pada 2013 lalu dan tahun ini sudah mulai berproduksi. "Investasi yang banyak masuk ke Indonesia, terutama dari Jepang," kata Adhi saat dihubungi , Senin 14 Juli 2014.
Investor dari Jepang itu tertarik menanamkan modal di sektorpengolahan makanan dan minuman terutama bumbu-bumbu cepat saji dan penyedap rasa. Animo investor pengolahan makanan dan minuman dari Jepang itu, puncaknya bukannya hanya terjadi tahun lalu, tapi hingga tahun ini mereka masih tetap agresif untuk menjajaki pasar Indonesia. "Beberapa waktu lalu, rombongan investor datang ke Indonesia untuk melakukan survei pasar. Bahkan ada juga yang sudah akan merealisasikan investasinya," ujar dia.
Potensi pasar yang besar yang tercermin dari jumlah penduduk yang besar, menjadi salah salah satu daya tarik investor pengolahan makanan dan minuman asal Jepang datang ke Indonesia. Apalagi jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 40 persen dari jumlah penduduk ASEAN.
Menurut Adhi, para investor berpikir kalau 40 persennya sudah di tangan mereka, maka sisanya mudah bagi mereka menembus negara lain. Apalagi mereka mempunyai standar kualitas yang tinggi. "Tak sulit bagi mereka untuk menembus pasar negara lain," ujar dia.
No comments:
Post a Comment