PT Visi Media Asia Tbk (kode emiten VIVA) memasang target tinggi untuk mengejar pertumbuhan pendapatan di kisaran 25-30 persen pada tahun ini. Sementara laba bersih induk TV One, ANTV, dan Viva co dot id itu diproyeksikan melaju 15-20 persen dibandingkan laba tahun sebelumnya.
Corporate Secretary Visi Viva Group, Neil Tobing menyebut target itu bertumpu pada peningkatan belanja iklan TV dan program siaran piala dunia 2014. "Itulah yang akan mendongkrak pendapatan perseroan tahun ini," katanya dalam keterangan pers yang diterima Jumat 11 Juli 2014.
Neil mengklaim saat ini TV One telah menjadi televisi berita nomor satu dengan audience share yang tumbuh luar biasa. Demikian juga dengan ANTV yang telah berhasil menjadi televisi unggulan untuk kategori tidak berbayar atau free to air (FTA). "Kinerja operasional tersebut tentunya akan berdampak positif terhadap pendapatan kami,” ujar Neil.
Untuk memperkuat dan memanfaatkan momentum pertumbuhan bisnis VIVA yang positif ini, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) VIVA 2014 juga menyetujui penggunaan laba bersih tahun 2013 untuk membiayai ekspansi perusahaan. Langkah ekspansi tersebut di antaranya dengan meluncurkan VIVALL (dibaca: viva all), yakni platform Internet streaming terbesar di Indonesia. “Konvergensi media berbasis IP untuk PayTV (televisi berbayar) ini akan semakin memperkuat VIVA untuk menjawab kebutuhan pasar,” tutur Neil.
Sebelumnya, sehari setelah pemilihan umum presiden, saham perusahaan milik Group Bakrie ini terpantau anjlok, bertolak belakang dengan indeks harga saham gabungan yang justru digoreng naik nan menghijau. Pada perdagangan Kamis siang 10 Juli 2014, harga saham Visi Media anjlok 4,85 persen atau sebesar 13 poin menjadi Rp 255 per saham. Pada penutupan perdagangan sehari sebelum pilpres, harga saham VIVA berada di level Rp 268 per saham.
Corporate Secretary Visi Media Asia atau Viva, Neil Tobing, mengklaim laba perusahannya terus meningkat pada 2014. Induk perusahaan TVOne dan ANTV itu meraih pendapatan sebesar Rp 396,48 miliar pada kuartal pertama 2014. Angka ini lebih besar 27 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. “Kinerja Viva sangat solid, manajemen optimistis laba akan tumbuh dua digit tahun ini,” ujar Neil dalam siaran persnya kemarin.
Pernyataan Neil ini merespons pemberitaan jebloknya saham Viva di lantai bursa akibat menunjukkan keberpihakan pada masa pemilihan presiden kali ini. Sehari setelah pemilihan presiden pada 9 Juli lalu, harga saham Viva Group yang dimiliki Aburizal Bakrie ini memang turun sebesar 4-5 persen. Anjloknya harga saham itu terjadi setelah TVOnemenayangkan hasil hitung cepat yang bertolak belakang dengan hasil hitung cepat semua lembaga survei yang dirilis media lain.
Neil menyebutkan, pada 2013, pendapatan televisi pendukung Prabowo-Hatta ini tumbuh 34,9 persen menjadi Rp 1,67 triliun dengan laba sebesar Rp 105,8 miliar. Dibandingkan dengan 2012 dengan laba Rp 72,9 miliar, laba VIVA pada 2013 tersebut tumbuh 45,13 persen. Sementara itu, pada kuartal pertama 2014, laba bersih Perseroan melesat Rp 543,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 9,29 milliar.
Viva menargetkan pertumbuhan 25-30 persen pada tahun ini dengan proyeksi laba bersih yang meningkat 15-20 persen. Neil optimistis target ini dapat tercapai karena meningkatnya belanja iklan TV berkat momentum Piala Dunia di Brasil.
Sebelumnya, Kepala riset PT Panin Sekuritas, Purwoko menyebut anjloknya saham VIVA dan MNCN dipengaruhi oleh sentimen negatif yang mendera kedua emiten tersebut. Terutama, menyangkut relasi kedua saham tersebut dengan kepemilikan modalnya yang didominasi oleh para politikus. “Sementara ini, sentimen dan persepsi yang terbangun demikian,” katanya.
No comments:
Post a Comment