Volume pengiriman uang atau remitansi yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) selama paruh pertama 2014 cenderung flat atau stagnan. Menurut Direktur Tresuri dan Luar Negeri BNI Suwoko Singoastro, ini karena remitansi dari Arab Saudi menurun drastis. "Volume relatif flat, turun 30 persen. Incoming remittance dari Arab Saudi turun 30 persen," kata Suwoko di kantornya, Kamis (24/7/2014).
Lebih lanjut, Suwoko mengungkapkan selama ini Arab Saudi merupakan negara asal terbesar remitansi bagi perseroan. Akan tetapi, adanya kebijakan moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke negara itu membuat volume remitansi menurun cukup tajam. Para TKI yang selama ini sangat banyak yang dikirim ke Arab Saudi diakui Suwoko jumlahnya menjadi menurun. Alih-alih, jumlah TKI yang dikirim ke Taiwan menjadi lebih banyak.
"Dari 19 kota meliputi 26 desa, TKI yang ke Saudi beralih ke Taiwan," jelas dia. Melihat potensi pasar remitansi yang besar di Taiwan, perseroan pun tidak mau kehilangan momen. Ke depan, Taiwan menjadi salah satu negara representatif perseroan untuk menggenjot incoming remitansi. "Ini pasar baru dalam memberi layanan ke saudara-saudara kita di Taiwan. Kami kerjasama dengan remittance agency di Taiwan dan Korea melalui sistem kita. Produk wesel BNI sudah luar biasa populer di daerah," ujar Suwoko.
Selain Arab Saudi, negara asal terbesar remitansi BNI adalah Malaysia. "Dari Malaysia (volume) naik. Dari AS malah kenaikannya cukup tajam, dari diaspora disana," kata Suwoko. Sepanjang tahun 2013 lalu, volume remitansi BNI mencapai 84 miliar dollar AS. Nilai itu terdiri dari kiriman yang masuk ke Indonesia (incoming) sebesar 40 miliar dollar AS dan kiriman dari Indonesia ke luar negeri mencapai 44 miliar dollar AS.
Division Head Senior Vice President BNI, A. Firman Wibowo mengungkapkan nilai itu terdiri dari kiriman yang masuk ke Indonesia (incoming) sebesar 40 miliar dollar AD dan kiriman dari Indonesia ke luar negeri mencapai 44 miliar dollar AS.
"Nilai transfer yang masuk dan keluar hampir sama. Jika dana masuk kebanyakan dari para tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri, sebaliknya, dana yang keluar berasal dari para ekspatriat yang bekerja di Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, di sela-sela menerima penghargaan dari Alpha Southeast Asia, Kamis (23/1/2014).
Selain dari ekspatriat, dana yang keluar adalah dari para orang tua yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Jumlah tersebut tak kalah banyak jika dibandingkan dana ekspatriat yang keluar. Dari bisnis remitansi yang dijalankan, BNI berhasil meraup laba bersih Rp 226 miliar pada akhir 2013. Tahun ini, perolehan laba tersebut ditargetkan naik 20 persen, menyusul ekspansi yang akan dilakukan perseroan.
"Kami akan membuka kantor remitansi yang baru maupun menambah jumlah di negara yang sudah ada sebelumnya. Kantor remitansi yang baru akan kami buka adalah Korea Selatan, karena banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sana," lanjutnya.
No comments:
Post a Comment