Lima orang pengusaha muda meraih Danamon Award 2014. Kelima orang tersebut yakni Adinda Mutialarang, Alia Noor, Haris Purnawan, Sanusi, dan Sukendro.
Ketua Dewan Juri, Rhenal Khasali mengatakan kelima peraih Danamon Award ini dipilih dari 356 nama yang masuk ke panitia. Mereka diseleksi melalui empat kriteria penilaian yaitu motivasi, hasil, jangkauan, dan keberlangsungan. "Pemilihan pemenang dilakukan dengan sistem pemungutan suara secara online dan pesan teks sejak 1 September 2014," kata Rhenal di Ciputra World, Kamis 30 Oktober 2014.
Dari kelima peraih penghargaan tersebut, Alia Noor berhak mengantongi Rp 50 juta karena menjadi pejuang terfavorit pilihan masyarakat. Berikut profil singkat kelima pemenang Danamon Award 2014.
1. Adinda Soraya Mutialarang
Memenuhi panggilan jiwa sosialnya yang tinggi, wanita muda berusia 25 tahun lulusan studi agribisnis Universitas Padjajaran ini membentuk Desanesia. Organisasi ini mampu mengangkat potensi usaha masyarakat Desa Cikoneng , Ciparay, dan Desa Cikidang, Lembang, Kabupaten Bandung. Desanesia punya tujuan mengangkat penghasilan warga desa dengan membuat produk alternatif. Di desa Cikoneng, Desanesia mendorong pemasaran penganan ranginang, yang dihasilkan petani dan buruh kebun.
2. Alia Noor Anoviar
Berawal dari keperihatinan melihat anak-anak di ibu kota yang masih termarjinalkan membuat wanita kelahiran Surabaya, 13 Agustus 1991 ini terinspirasi untuk mendirikan sanggar belajar. Insipirasi Alia berawal saat ia mengerjakan tugas penelitian dari kampus mengenai pembentuk karakter anak di daerah marjinal pada tahun 2011. Alia membuka Dreamdelion Cerdas yaitu sebuah Sanggar Belajar yang berada di RW 04 Manggarai dengan modal sendiri. Selain itu, Alia juga mengembangkan Social Bussiness dengan nama Dreamdelion Kreatif. Dreamdelion Kreatif (awalnya bernama Community Empowerment Online Shop atau disebut CEOshop) memanfaatkan masyarakat sekitar untuk dapat berpenghasilan sendiri program ini. Ada juga Dreamdelion Sehat yaitu program vertikultur yaitu dengan memanfaatkan lahan sempit untuk menjadi perkebunan keluarga. yang dikembangkan di RW 08.
3. Haris Purnawan
Dengan visi mensejahterakan masyarakat di desanya, Haris telah berhasil mengenalkan wisata alternatif. Wisata Gua ini mampu membuktikan dengan meningkatnya jumlah pengunjung di setiap tahunnya. Pria lajang berusia 24 tahun ini menggagas wirawisata. Aksinya dimulai pada Mei 2010 dengan mengajak para pemuda desa bergabung dengan Karang Taruna untuk merencanakan pemanfaatan Gua Pindul sebagai obyek wisata. Bersama gabungan Karang Taruna, Haris melatih para pemuda menjadi pemandu susur gua. Hasilnya, ada 500 pengunjung yang berwisata ke Gua Pindul setiap bulan.
4. Sanusi
Sanusi membuka sawah dari lahan tidur di Desa Ranca Labuh. Pada awalnya tak ada orang sekitar yang mau ikut, karena lahan yang dibuka kering dan tak punya potensi untuk ditanami padi. Sanusi kemudian mengubah lahan yang kering itu menjadi subur dengan pompa air diesel sederhana. Pembukaan lahan terus dilakukan, lahan baru terus dicetak. Sistem tanam legowo diterapkan secara konsisten. Hasil pertanian meningkat lebih dari 100 persen. Bila sebelumnya 1 hektar sawah hanya mendapat 2-3 ton gabah kering, maka dengan usaha dan kerja keras dengan didukung teknologi dan sistem tanam modern maka hasilnya mampu mencapai hingga 7-8 ton per hektare.
5. Andreas Sukendro
Pria ini mendirikan Sekolah Alam Medan yang menyasar anak berkebutuhan khusus seperti autis, down-syndrome, dyslexia, hingga terlambat kognitif. Berbeda dari sekolah umumnya, Sekolah Alam Medan hanya menangani 70 anak berkebutuhan khusus. Sukendro menyusun silabus pendidikan untuk setiap anak. Elisabeth Lily, istri Sukendro, turut merancang berbagai aktivitas luar ruangan bagi anak-anak istimewa ini. Contohnya dengan membuat tempe, mendaur ulang sampah dan barang bekas serta berbagai permainan edukatif.
Dewan Juri Danamon Award, yang diselenggarakan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), menobatkan Habibie Afsyah sang "Suhu Internet Marketer" sebagai pejuang kesejahteraan Indonesia terfavorit berdasarkan dukungan publik melalui voting online, sms, dan jejaring sosial. Habibie mengungguli empat peraih Danamon Award lainnya, yaitu Bambang Parianom "Penyelamat Lingkungan", Djuhhari Witjaksono "Seniman Bahari", Joharipin "Pemberdaya Petani", dan Lale Alon Sari "Srikandi Tenun".
Tahun ini panitia Danamon Award menerima sebanyak 302 proposal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dewan Juri melakukan dua kali tahap penyeleksian, yaitu dari sebanyak 302 proposal menjadi 15 finalis dan penjurian tahap kedua menyeleksi dari 15 finalis menjadi 5 peraih Danamon Award.
Dalam penyelenggaraan Danamon Award keenam ini Danamon menjalin kerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP), suatu organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pembangunan.
Ketua Panitia Pelaksana Danamon Award, Zsa Zsa Yusharyahya, saat pengumuman dan penyerahan penghargaan ini tadi malam, mengatakan Bank Danamon mendukung individu-individu yang memiliki semangat tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dirinya, masyarakat sekitarnya, dan lingkungannya. Mereka adalah pejuang kesejahteraan Indonesia sebenarnya.
Selain pengumuman peraih terfavorit Danamon Award, Bank Danamon juga mengumumkan pemenang Bisa Award sebagai wujud apresiasi kepada karyawan dan anak perusahaan yang telah menunjukkan nilai-nilai budaya Danamon dan mewujudkan visi perusahaan. Pemenang Bisa Award tahun ini adalah Andrias Andri, Regional Service Head Pekanbaru; dan Rusmin Harris, Branch Service Manager, Palembang Sudirman.
No comments:
Post a Comment