Sunday, May 29, 2016

Antisipasi Kenaikan Fed Rate ... Dolar Semakin Perkasa ... Emas dan Saham Turun Tajam

Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan pada Senin (30/5/2016) bahwa pasar global "tampaknya" sudah sangat siap untuk kenaikan suku bunga pada musim panas mendatang.  Tapi, Bullard tidak mengatakan kapan kenaikan akan terjadi.

"Estimasi saya, pasar sudah sangat siap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga secara global dan tidak akan terlalu mengejutkan menaikkan suku bunga yang sudah berada di posisinya sejak Desember. Komite mencoba untuk menormalisasi suku bunga secara lambat dan bertahap," papar dia dalam sebuah konferensi akademik di Seoul.  "Idealnya, kenaikan suku bunga berjalan dengan 'smooth'," ujar dia.

Bullard mengatakan, adanya rebound pada pertumbuhan PDB Amerika Serikat (AS) sepertinya akan kembali meningkat di kuartal II, tetapi dia tidak mengatakan kapan kenaikan suku bunga akan terjadi apakah di Juni atau Juli.  Komentar Bullard ini dipaparkan setelah adanya revisi data ekonomi AS pada Jumat yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I tidak selemah yang diperkirakan.

Merespon data PDB, ekonom mengatakan pertumbuhan pendapatan yang menguat, juga dengan estimasi perekonomian naik di kuartal II, bisa memberikan Federal Reserve amunisi untuk menaikkan suku bunga bulan depan. Saham di berbagai negara terjual habis pada Kamis (19/5/2016) waktu setempat atau pada Jumat (20/5/2016) dini hari (WIB). Sementara dollar Amerika Serikat (AS) naik, yang menyebabkan tekanan pada minyak dan komoditas lain.

Di sisi lain, investor menyerap kemungkinan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve atau Fed akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Harga minyak turun tipis, seiring kekhawatiran akan turunnya suplai dan pergerakan dollar. Pasar keuangan bertambah pada menit-menit menjelang pertemuan Fed pada Rabu lalu, dimana Bank Sentral AS tersebut membuka pintu kenaikan suku bunga per Juni, yang mendorong investor untuk berjaga-jaga.

Pada paparannya di Kamis, Presiden Fed di New York William Dudley mengatakan ekonomi AS cukup kuat untuk menerima suku bunga baru di Juni atau Juli. "Kami dalam jalur menaikkan suku bunga," kata dia. Para trader memproyeksi, 32 persen fed akan menaikkan suku bunga di Juni, menurut alat analisis CME FedWatch. Prediksi ini naik 15 persen dari prediksi di Selasa. Sekarang, mayoritas estimasi memperkirakan kenaikan suku bunga bakal terjadi di Juli.

"Fed mungkin berfikir ekonomi sedikit menguat dibanding sejumlah pelemahan pasar dan mungkin hal itu yang dipikirkan investor secara umum," kata Bruce McCain, chief investment strategist di Key Private Bank di Cleveland, AS.  "Tidak hanya mencermati bahwa kenaikan suku bunga akan merusak ekonomi, tapi juga satu langkah untuk mengeluarkan aliran uang masuk yang sudah jadi keuntungan pada kenaikan harga aset dalam beberapa tahun," jelas Mccain.



Indeks Dow Jones Industrial Average turun 91,42 poin atau 0,52 persen ke level 17.435,2.

Indeks S&P 500 turun 7,61 poin atau 0,37 persen ke level 2.040,02 dan Nasdaq Composite turun 26,59 poin atau turun 0,56 persen ke level 4.712,53.

Indeks Dow dan S&P menyentuh level terendah dalam dua bulan sebelum mencetak kerugian. Indeks keuangan SPSY mencatatkan keuntungan dalam kondisi ini dengan kenaikan 0,9 persen dan jadi kenaikan tertinggi dalam sebulan. Sementara itu indeks Eropa FTSEurofirst 300 turun 1,2 persen, seiring turunnya harga komoditas dan yang berkaitan dengannya.

Saham perusahaan travel dan wisata turun 1,5 persen setelah berita hilangnya pesawat EgyptAir yang membawa 66 penumpang dan kru dari Paris ke Kairo. Indeks bursa global turun 1 persen sepanjang 2016. Kekhawatiran ekonomi global tetap jadi faktor utama penurunan dan investor meresponnya dengan membagi kebijakan antara Federal reserve dan bank sentral utama lain.

"Komentar Fed mempengaruhi pasar pada hari ini dan saya pikir akan terus mempengaruhi pasar dalam beberapa minggu kedepan, seiring mendekatnya hari menuju Juni," kata Jake Dollarhide, chief executive officer di Longbow Asset Management di Tulsa.

Indeks dollar DXY naik 0,3 persen, menambah kenaikan setelah mencapai posisi tertinggi sejak Maret, pada perdagangan Rabu (18/5/2016) lalu. Harga minyak sebagian besar tidak berubah akibat kekhawatiran turunnya pasokan minyak dari Kanada dan Nigeria, akibat kenaikan dollar AS. Dollar yang kuat membuat komoditas didenominasi di greenback menjadi lebih mahal untuk pemegangnya yang menggunakan mata uang lain.

Minyak mentah AS CLc1 turun 3 sen menjadi 48,16 dollar AS per barel. Brent untuk kontrak Juli LCON6 turun 12 sen ke level 48,81dollar AS per barel. Bursa saham AS ditutup menguat pada akhir pekan ini, Jumat (20/5/2016) waktu setempat atau Sabtu (21/5/2016) dini hari waktu Indonesia.

Menguatnya Wall Street terjadi lantaran kekhawatiran terhadap naiknya suku bunga acuan Federal Reserve mulai surut. Indeks S&P 500 dan indeks saham-saham teknologi Nasdaq mencatatkan kenaikan, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average juga mengalami hal yang sama.

Indeks S&P 500 berakhir menguat 0,6 persen atau 12,28 poin dan ditutup di 2.052,32, yang dipimpin oleh naiknya saham-saham teknologi dan health-care.Sementara itu indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,38 persen atau 65,54 poin dan terhenti di 17.500,94.Indeks teknologi tinggi Nasdaq Composite COMP, berakhir naik 1,21 persen atau 57,03 poin dan ditutup 4.769,56.

“Bursa terus berfuktuasi setelah dirilisnya risalah pertemuan Federal Reserve. Akan tetapi, naiknya suku bunga acuan the Fed bukanlah sesuatu yang buruk bagi bursa,” ujar Bill Stone, chief investment strategist pada PNC Asset Management Group.

Naiknya saham-saham di akhir perdagangan dini hari tadi terjadi sehari setelah bursa mengalami pelemahan akibat kekhawatiran terhadap langkah The Fed yang memicu aksi jual para investor. Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Senin (23/5/2016) waktu setempat atau Selasa (24/5/2016) dini hari (WIB) tergelincir akibat minyak.

Juga, seiring para investor lebih suka menunggu kepastian kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (Fed) dan outlook pada inflasi AS.  Indeks S&P mulai mengalami loss pada 15 menit sebelum perdagangan saham ditutup dan ekuitas terus beralih antara gain dan loss. dollar AS naik terhadap mata uang Kanada dan Norwegia, sementara harga emas turun terendah dalam dua bulan.

Harga minyak jatuh selama empat sesi perdagangan berturut-turut, seiring mulai bekerjanya ladang minyak di Kanada paska kebakaran hebat yang membuat produksinya berhenti. Sebagian besar pelaku industri metal juga turun sahamnya, demikian juga dengan bijih besi. Sebelumnya, paparan Fed mengenai data ekonomi membuat ricuh pasar selama sepekan. Bank sentral AS ini mengindikasikan akan adanya kenaikan suku bunga acuan di Juni.

Pejabat Fed terus memberikan spekulasi bahwa naiknya suku bunga acuan akan membuat perekonomian sedikit melamah, oleh sebab itu para pedagang atau trader sudah mengestimasi kenaikan suku bunga hingga 32 persen pada bulan depan, atau naik 4 persen dari perkiraan semula.

Fed juga kerkomentar mengenai Inggris yang ingin keluar dari Uni Eropa dan hal itu tidak akan mengganggu AS. Fed juga khawatir pada perlambatan ekonomi China serta utang korporsi yang membengkak di pasar global. "Pasar masih mencoba untuk mencerna apa yang dimaksud Fed pada menit-menit terakhir minggu lalu," kata Mark Kepner, managing director dan equity trader di Themis Trading LLC di New York, AS.

"Setiap orang akan mencermati apa yang akan terjadi dalam sepekan ini di sektor perumahan, PMI dan upah," lanjut dia. Indeks S&P turun tipis 0,2 persen ke level 2.048,04. Saham-saham sektor pertahanan mendorong penurunan, saham kebutuhan dasar dan telepon turun 0,6 persen dan saham produsen energi turun 0,3 persen.

Saham Apple naik 1,3 persen setelah koran ekonomi Taiwan melaporkan bahwa Apple sudah memerintahkan supplier di negara itu untuk membuat iPhone baru. Sementara itu saham Monsanto Co naik 4,4 persen setelah Bayer AG membelinya seharga 62 miliar secara tunai. Sementara saham Bayer turun 6 persen.

Dollar menguat selama dua pekan dibandingkan dengan mata uang lain seiring spekulasi AS akan menaikkan suku bunga acuan pekan depan. Sebelumnya, dollar melemah setelah Januari.  Dollar naik 0,3 persen dibanding mata uang krone Norwegia akibat jatuhnya harga minyak dan komoditas lainnya. Sementara Yen terapresiasi 0,8 persen ke 109,24 dollar setelah Menteri keuangan taro Aso menaikkan prospek intervensi mata uang dalam pertemuannya dengan Kementerian Keuangan AS.

Minyak mentah WTI tutun 0,7 persen ke level 48,08 dollar AS per barel akibat membaiknya lapangan minyak di Kanada setelah kebakaran hebat, sehingga Suncor Energy Inc. dan Syncrude Canada Ltd. mulai kembali bekerja.  emas turun terdalam di dua bulan terakhir, sementara harga kontrak berjangka emas turun 0,1 persen ke level 1.251,50 dollar AS.

Nikel turun 2 persen di London Metal Exchange, seiring baja, lid dan zinc juga turun 0,4 persen. Bijih besi terpuruk 6,7 persen ke level 51,22 dollar AS per metrik ton.

No comments:

Post a Comment