"90 persen atau sebagian besar capex kami akan digunakan untuk ekspansi gerai baru dan sisanya untuk renovasi gudang," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Tangerang, Jumat (27/5). Sumber pendanaan capex tersebut didapat dari pinjaman bank dan kas internal dengan proporsi fifty-fifty. Sampai kuartal I 2016, perseroan sudah menggunakan capex-nya sebesar Rp159 miliar.
Ia menuturkan, MIDI telah menambah 41 gerai Alfamidi dan 4 gerai Alfasupermarket per kuartal I 2016. Perseroan menargetkan membangun 250 gerai Alfamidi dan lima gerai Alfasupermarket di sepanjang tahun ini. 40 persen di antaranya dibangun di Pulau Jawa dan sisanya di luar Jawa. Untuk jaringan riteler Lawson, MIDI tidak berencana untuk menambah gerai di tahun ini. Menurut Suantopo, masyarakat Indonesia masih butuh waktu untuk convinience store.
"Lawson hanya convinience store. Di luar negeri saja, convinience store butuh waktu 20 tahun untuk bertahan. Jadi, itu alasan kami tidak menambah gerai. Indonesia masih butuh waktu, mereka masih suka makanan panas daripada dingin. Selain itu, kami juga ada kendala logistik karena makanan tidak bisa dibekukan terlalu lama," imbuh dia.
Sebagai informasi, perseroan menghabiskan dana sebesar Rp7 miliar untuk membangun setiap gerai Alfa supermarket. Suantopo menuturkan, kendati agresif membuka jaringan baru, perseroan akan mulai melakukan efisien pada sejumlah pos. Upaya ini ditempuh, mengingat pertumbuhan beban lebih kencang ketimbang peningkatan pendapatan.
Pada kuartal I 2016, beban perseroan tercatat tumbuh 30 persen, yaitu dari Rp1 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi sebesar Rp1,3 triliun. Sementara, pendapatan bersihnya naik 25,6 persen atau menjadi Rp1,85 triliun. "Manajemen menuntut kami untuk melakukan efisiensi. Jadi, kami lakukan kajian terhadap sumber daya manusia. Lalu pengecekan material toko yang tidak diperlukan. Yang tidak perlu yang bisa diefisiensikan akan kami efisiensi," pungkasnya.
Berdasarkan laporan keuangan MIDI, beban gaji mencapai 10 persen dari total belanja modal. Selain itu, perseroan juga akan lakukan efisiensi listrik. Perusahaan ritel PT Midi Utama Indonesia Tbk mengaku penjualannya tidak terganggu dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan konsumen membayar kantong plastik yang digunakan ketika membeli barang di pusat perbelanjaan dan minimarket.
Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan Suantopo Po mengaku akan selalu mendukung kebijakan pemerintah, termasuk memberlakukan kantong plastik berbayar. "Kami tidak masalah dengan program plastik berbayar ini karena tingkat kesadaran konsumen juga sudah tinggi. Prinsipnya kami akan mendukung program pemerintah," katanya di Tangerang, Jumat (27/5).
Ia mengaku, penjualan atau pendapatan perseroan tidak menurun setelah pemerintah menerapkan kebijakan tersebut. Hal itu terlihat dari meningkatnya pendapatan perseroan pada kuartal I 2016 ini. Emiten berkode MIDI di Bursa Efek Indonesia ini membukukan laba bersih kuartal I 2016 sebesar Rp13 miliar. Perolehan ini meningkat 47,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp9,01 miliar.
Pada kuartal I 2016 perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 25,6 persen dari Rp1,48 triliun menjadi Rp1,85 triliun. Dengan kontribusi pendapatan terbesar dari penjualan produk makanan sebesar Rp1,2 triliun dan non makanan 599 miliar.
No comments:
Post a Comment